MAKALAH
LANDASAN PENDIDIKAN
Dibuat untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Dasar-Dasar Pendidikan
Dosen Pengampu :
Kiswan, S.Ag., M.Pd.
Disusun oleh :
1. Riyan Saputro
2. Rani Sulastri
3. Tsani Nur Hidayah
4. Stevania Primadanny Sibuea
5. Pitriyani Nursolehah
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(IAID)
CIAMIS JAWA BARAT 2012
KATA PENGANTAR
بسم الله
الرحمن الرحيم
Assalamualaikum
Wr. Wb.
Segala
puji bagi Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu menganugrahkan
nikmat-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan
kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam,
kepada keluarganya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita sebagai
umatnya, amin.
Berdasarkan
informasi yang kami peroleh dari berbagai sumber, syukur alhamdulillah kami
dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “ LANDASAN PENDIDIKAN “ yang
merupakan salah satu tugas mata kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN.
Ucapan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
semoga menjadi suatu ibadah dan semoga Alloh SWT membalasnya dengan sesuatu
yang lebih baik, amin. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan,
karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
Wassalamualaikum
Wr. Wb.
Ciamis,
Oktober 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A... Latar
Belakang ............................................................... 1
B... Tujuan
Pendidikan .......................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A... Landasan Agama.......................................................... 2
B .. Landasan Filosofis........................................................ 4
C... Landasan Psikologis...................................................... 6
D... Landasan Historis.......................................................... 19
E.... Landasan Sosiologis dan Budaya................................. 21
F.... Landasan
Hukum.......................................................... 24
G... Landasan Ekonomi........................................................ 26
H... Landasan ilmiah dan Teknologi.................................... 33
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................. 40
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 41
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hampir
semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan
tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan
dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga
mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan
tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan
adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan
pendidikan.
Dalam
bab ini secara berturut-turut akan dibahas landasan-landasan pendidikan
mencakup landasan agama, landasan filosofis, landasan psikologis, landasan
historis, landasan sosiologis dan budaya, landasan hukum (yuridis), landasan
ekonomi, landasan ilmiah dan teknologi.
B. Tujuan Pendidikan
Tujuan pendidikan di Indonesia
tertulis pada undang-undang (UU RI) no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan
pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN
1.LANDASAN AGAMA
Landasan
agama merupakan landasan yang paling mendasari dari landasan-landasan
pendidkan,sebab landasan agama adalah landasan yang diciptakan oleh Allah SWT.
Yakni tuhan yang Maha Kuasa. Landasan agama itu berupa firman Allah SWT dalam
kitab suci Al-Qur’an dan Al-hadits berupa risalah atau tuntutan yang dibawakan
oleh Rasulullah (utusan Allah) yakni Nabi Muhammad Sallahu ‘alaihi wassalam
(SAW) untuk umat manusia,berisi rentang tuntutan – tuntutan atau pedoman hidup
manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akherat nanti,
serta merupakan rahmat Allah bagi semesta alam.
Dalam
Al-Qur’an dan Al-hadits dijelaskan bahwa pendidikan memiliki kedudukan yang
sangat mulia. Terdapat banyak ayat Al- Qur’an yang memiliki makna substantif
tentang pendidikan. Seperti pada Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan surat pertama
diturunkan dalam Al-Qur’an.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ ù&tø%$# y7/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷èt ÇÎÈ
1.
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3.
Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4.
yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5.
Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
[1589]
Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.
Demikian
pula pada Al-Qur’an Al-Mujadalah ayat 11.
$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya:
Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:
"Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah
akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah
kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Allah
mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan,beberapa drajat”.
Terdapat
dalam Al-hadits Nabi Muhammad SAW, artinya demikian:
“carilah
ilmu mulai dari buaian sang Ibu sampai keliang lahat ( meninggal).”
Demikian
pula,Hadits Nabi tentang kewajiban mencari Ilmu:
(( البر
عبد إبن رواه )) مُسْلِمَةٍ مُسْلِمٍ
وَ كُلِّ عَلَى فَرِيْضِةٌ اْلعِلْمَ طَلَبُ
“Mencari
ilmu itu wajib bagi kaum muslim laki-laki dan perempuan”( HR.Bukhori Muslim).”
Agar
manusia tidak tersesat,terutama bagi orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad
SAW berpesan melalui sebuah hadits yang artinya: “Telah aku tinggallah dua
perkara yang apabila engkau memegang teguh keduanya, enkau tidak akan tersesat,
kedua perkara itu adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Nabi(Al-Hadits).”
Pada dalam landasan
agama terdapat pula tuntutan untuk mencapai kebahagiaan
(مسلم رواه ) اللَّحْْدِ إِلَى
الْمَهْدِ مِنَ الْعِلْمَ أُطْلُبُ
baik
di dunia maupun di akherat,sebagaimana pada hadits nabi muhammad SAW, artinya
:“ barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan barang
siapa menginginkan keduanya( kebahagian dunna dan akhirat), maka dengan ilmu.
2. LANDASAN FILOSOFI
Ditinjau dari sudut pandang
filsafat, kualitas ilmu pengetahuan pada umumnya tersusun atas tiga lapis, yaitu
lapisan abstrak, potensi-teoritis, dan lapisan konkret-praktis. Dasar pelapisan
ini adalah realitas keberadaan setiap benda atau hal ada.
Pada lapisan abstrak, ilmu
pengetahuan itu bersifat universal dan jumlahnya hanya ada satu. Karena
abstrak, ilmu pengetahuan tidak terikat oleh ruang dan waktu tertentu, karena
itu bersifat tetap tidak mengalami perubahan.
Pada lapisan potensial-teoritis,
ilmu pengetahuan bersifat khusus menurut jenis, bentuk, dan sifat objeknya.
Pada lapisan konkret-praktis, ilmu pengetahuan menjadi konkret dan plural
menurut jenis, bentuk, dan objek tertentu.
Struktur abstrak,
potensial-teoritis, dan konkret-praktis ilmu pengetahuan tersebut sering
dipopulerkan dengan aspek-aspek ontologis, epitemologis, dan etika.
Filsafat, menurut sudut pandangnya,
selalu mempelajari ilmu pengetahuan menurut tiga aspek, yaitu aspek ontologis,
epitemologis, dan etika. Begitu pila dengan pendidikan, yang dapat
dikategorikan menjadi tiga aspek, yaitu aspek ontologis, epitemologis, dan
etis.
Ontologi adalah bidang studi
metafisis yang mempersoalkan hakikat keberadaan ilmu pengetahuan. Epistemologi
adalah bidang filsafat aksiologi-teoritis dengan persoalan pokok tentang nilai
kebenaran dan bagaimana upaya memperolehnya. Etika adalah bidang filsafat praktis
dengann persoalan khas tentang nilai moral (kebaikan), berupa tingkah laku yang
baik.
Persoalan pendidikan adalah
persoalan manusia, yang melekat pada eksistensi kehidupannya. Jadi pendidikan
berada bersama manusia sejak dari asal mulanya, eksistensi, dan sampai pada
tujuan hidup manusia. Hakikat pendidikan adalah hakikat manusia dalam
kehidupannya.
Berdasarkan panangan tersebut,
deskripsi tentang hakikat pendidikan meliputi unsur-unsur asal-mula, eksistensi
dan tujuan pendidikan. Karena asal mula manusia dari Tuhan sebagai causa prima,
maka bagi manusia, potensi pendidikan juga berasal dari Tuhan. Karena itu
tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan bersifat spiritual
keilahian.
Karena nilai spiritual keilahian
manusia melekat erat pada pendidikan, maka hakikat pendidkan adalah masalah
manusia dalam kesejatian dirinya sebagai makhluk Tuhan. Dengan sifat spiritual
keilahian, manusia justru mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dan
pengembangan dirinya sebagai manusia melalui seluruh rangkaian kegiatan
pendidikan.
Pendidikan itu penting dan perlu
bagi manusia. Jika manusia tidak melakukan pendidikan, dapat dipastikan setiap
kelahiran tidak dapat melangsungkan eksistensinya. Karena hanya dengan
nalurinya saja, manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan kehidupannya.
Sepanjang eksistensi kehidupannya,
sejak lahir sampai akhhir manusia menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai
jenis, bentuk, dan metode. Kegiatan itu dimulai dari keluarga, sekolah sampai
memasuki kehidupan masyarakat secara berkelanjutan. Kontinuitas
penyelenggaraannya bersifat dialektikverifikatif.
Persoalan tujuan penyelenggaraan
pendidikan adalah untuk mempersiapkan perilaku individu agar ahli dan terampil
sehingga mampu menjalani dan mengembangkan kehidupannya secara spiritual manusiawi
menurut kodrat kehidupannya.
Oleh karena itu seluruh tahapan
langkah-langkah kegiatan pendidikan haruslah berdasar pada isi pendidikan
berupa nilai spiritual keilahian, dan diarahkan pada kedewasaan dan kematangan
intelektual, untuk mencapai kematangan perilaku.
3. LANDASAN PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Dalam perkembangan
jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini
mereka peka untuk belajar, punya waktu untuk belajar, belum berumah tangga,
bekerja, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Masa
bertingkat-tingkat ini sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka.
Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan.
Pendekatan-pendekatan ini yang dimaksud adalah :
1.
Pendekatan pentahapan. Dengan maksud
perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
2.
Pendekatan diferensial. Dengan maksud
pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan
perbedaan-perbedaan.
3.
Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini
berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai
pendekatan individual.
Dari
pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang
bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus.
Menurut Crijns, periode atau tahap perkembangan
manusia secara umum adalah sebagai berikut :
1. Umur
0 – 2 tahun disebut masa bayi.
2. Umur
2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak.
3. Umur
5 – 8 tahun disebut masa dongeng.
4. Umur
9 – 13 tahn disebut masa Robinson.
5. Umur
13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan.
6. Umur
14 – 18 tahun disebut masa puber.
7. Umur
19 – 21 tahun disebut masa adoselen.
8. Umur
21 tahun keatas disebut masa dewasa.
Penelitian
menyatakan bahwa memisahkan pendidikan anak laki-laki dengan anak perempuan
sejalan dengan masa tertentu terjadi pertentangan antara kelompok perempuan dan
laki-laki ini dapat merugikan anak-anak sebab mereka berkembang diluar kewajaran
hidup manusia, yang menyebabkan pendidikan terpisah ini dihentikan.
Psikologi
perkembangan menurut Rouseau yaitu :
1. Masa
bayi dari 0 – 2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2. Masa
anak dari 2 – 12 tahun yang menyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitif.
3. Masa
pubetras dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan
untuk berpetualang.
4. Masa
adoselen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati,
dan moral. Remaja ini mulai belajar berbudaya.
Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori
Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak menjadi :
1. Masa
kanak-kanak. Umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2. Masa
anak. Umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
3. Masa
muda. Umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya.
4. Masa
aoselen. Umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst membagi menyusun fase perkembangan
menjadi :
1. Tugas
perkembangan masa kanak-kanak.
2. Tugas
perkembangan masa anak.
3. Tugas
perkembangan masa remaja.
4. Tugas
perkembangan masa dewasa awal.
5. Tugas
perkembangan masa setengah baya.
6. Tugas
perkembangan orang tua.
Tugas-tugas yang tertera diatas memberi kemudahan
kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk :
1. Menentukan
arah pendidikan.
2. Menentukan
metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu nyelesaikan tugas
perkembangannya.
3. Menyiapkan
materi pelajaran yang tepat.
4. Menyiapkan
pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Menurut Piaget ada tingkat perkembangan kognisi
yaitu :
1. Periode
sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun.
2. Periode
praoperasional pada umur 2 – 7 tahun.
3. Periode
operasi konkret padda umur 7 – 11 tahun.
4. Periode
operasi formal pada umur 11 – 15 tahun.
Menurut Buner tingkat perkembangan kognisi yaitu :
1. Tahap
enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya memahami lingkungan
2. Tahap
ikonik, anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran dan visualisasi verbal.
3. Tahap
simbolik, anak telah memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh
bahasa dan logika.
Bunner juga mengatakan bahwa perkembangan kognitif
seseorang bisa dimajukan dengan jalan mengatur bahan pelajaran, antara lain
dengan kurikulum spiral.
Lawrence Kholberg mengembangkan teori moral kognisi
atas dasar teori Piaget. Menurut dia ada tiga tingkat perkembangan moral
kognisi, yang masing-masing tingkat ada dua tahap sebagai berikut :
1. Tingkat
prekonvensional.
2. Tingkat
konvensional.
3. Tingkat
post-konvensional.
Menurut Erikson perkembangan afeksi terdiri atas
delapan tahap :
1. Bersahabat
vs menolak pada 0 – 1 tahun.
2. Otonomi
vs malu dan ragu-ragu pada umur 1 – 3 tahun.
3. Inisiatif
vs perasaan bersalah pada umur 3 – 5 tahun.
4. Perasaan
produktif vs rendah diri pada umur 6 – 11 tahun.
5. Identitas
diri vs kebingungan pada umur 12 – 18 tahun.
6. Intim
vs mengisolasi diri pada umur 19 – 25 tahun.
7. Generasi
vs kesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun.
8. Integritas
vs putus asa pada umur 45 tahun keatas.
Simpulan
Baller dan Charles sebagai berikut,
1. Anak
yang berasal dari keluarga yang memberi layanan baik, akan bersikap ramah,
luwes, bersahabat, dan mudah bergaul.
2. Anak
yang dilahirkan pada keluarga yang menolak kelahiran itu, cenderung menimbulkan
masalah, agresif, menentang orang tua, dan sulit diajak berbicara.
3. Anak
yang diberikan pada keluarga yang acuh tak acuh pada anak, cenderung bersikap
pasif dan kurang populer di luar rumah.
Konsep
perkembangan yang dibahas terakhir ini berasal dari Gagne, yang disebut sebagai
perkembangan kemampuan belajar. Perkembangan itu adalah sebagai berikut:
1. Multideskriminasi,
yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dengan d.
2. Belajar
konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, huruf
mati, dan sebagainya.
3. Belajar
prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.
4. Pemecahan
maasalah, yaitu belajar mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk
memperoleh sesuatu yang baru.
Psikologi
Belajar
Belajar adalah perubahan perilaku
yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan bisa melaksanakan pada
pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.
Ada
sejumlah prinsip belajar menurut Gagne yaitu sebagai berikut,
1. Kontiguitas.
2. Pengulangan.
3. Penguatan.
4. Motivasi
positif dan percaya diri dalam belajar.
5. Tersedia
materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
6. Ada
upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi
dalam mengajar.
7. Ada
strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8. Aspek-aspek
jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.
Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai
faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah
sebagai faktor-faktor intern.
Ada
sejumlah teori belajar yang bila dibuat secara sistematik adalah
1. Teori
belajar klasik :
a. Disiplin
mental Theistik.
b. Disiplin
mental humanistik
c. Naturalis
atau aktualisasi diri.
d. Apersepsi
2. Teori
belajar modern :
a. R-S
Bond atau asosiasi.
b. Pengkonsidian
(kondisioning) instrumental.
c. Pengkondisian
operan.
d. Penguatan.
e. Kognisi.
f. Belajar
bermakna
g. Insight
atau gestalt.
h. Lapangan.
i.
Tanda.
j.
Fenomenologi.
Teori belajar diatas dapat pula dibagi 2 kelompok,
yaitu :
1. Behavioris.
2. Kognisi
yang mencakup nomor e sampai dengan j.
Teori belajar disiplin humanistik bersumber dari
aliran psikologi humanistik klasik ciptaan plato dan aris toteles. Teori ini
sama dengan disiplin mental theistik di atas yaitu manakla daya-daya itu
dilatih, mereka akan semakin kuat, dan manakala sudah kuat, maka individu
bersangkutan engan mudah dapat memecahkan berbagai masalh yang dihadapi.
Teori belajar naturalis atau aktualisasi diri
berpangkal dari psikologi naturalis romantik yang dipimpin oleh Rousseau. Sama
halnya dengan teori diatas, teori naturalis ini pun memandang setiap anak
memiliki potensi dan kemampuan.
Teori belajar klasik yang terakhir adalah apersepsi
berasal dari psikologis struktur ciptaan Herbart. Sebab itu ia dinamai pula
Herbanisme. Psikologi ini memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu
struktur. Struktur ini bisa berubah dan bertambah manakala orang bersangkutan
belajar.
Langkah-langkah belajar menurut Hebart adalah
sebagai berikut :
1. Pendidik
harus mengadakan persiapan dengan cermat.
2. Pendidikan
dilaksanakan sedemikian rupa sehingga anak-anak merasa jelas memahami pelajaran
itu, yang memudahkan asosiasi-asosiasi baru terbentuk.
3. Asosiasi-asosiasi
baru terbentuk antara materi yang ipelajari dengan struktur jiwa atau apersepsi
anak yang telah ada.
4. Mengadakan
generalisasi, pada saat ini terbentuklah suatu struktur baru dalam jiwa anak.
5. Mengaplikasikan
pengetahuan yang baru didapat agar struktur terbentuk semakin kuat.
Thorndike mencetuskan tiga hukum belajar sebagai
berikut :
1. Hukum
kesiapan, artinya semakin siap anak itu semakin mudah terbentuk hubungan antara
stimulus dengan respon. Kesiapan di sini terjadi pada sisitem urat syaraf
seseorang. Karena itu anak-anak perlu disiapkan terlebih dahulu sebelum
menerima pelajaran baru.
2. Hukum
latihan atau pengulangan.
3. Hukum
dampak.
Tokoh teori belajar pengkondisian instrumental ini
adalah watson dan Thorndike. Belajar adalah masalah melekatkan atau menguatkan
respon yang benar dan menyisihkan respon yang salah akibat pemberian hadiah dan
tidak dihiraukannya konsekuensi respon yang salah.
Teori
belajar ini dapat diterapkan pada anak-anak yang belum sadar akan pentingnya
belajar kepada anak-anak yang malas, dan kepada mereka yang belum paham akan
tugaas-tugas dirumah maupun di masyarakat.
Teori
belajar pengkondisian operan diperkenalkan oleh skinner. Kalau teori
pengkondisian instrumental memberi kondisi sebelum respon, maka teori belajar
pengkondisian operan memberikan kondisi sesudah terjadinya respon.
Teori belajar penguatan atau reinforcement lahir
dari psikologi reinforcement lahir dari Hull. Teori ini memberi penguatan pada
respon-respon yang benar atau sesuai dengan harapan.
Dalam kaitannya dengan teori
penguatan ini, dikenal ada dua macam penguatan, yaitu :
1. Penguatan
positif.
2. Penguatan
negatif.
Penguatan adalah pemberian stimulus positif atau
penghilangan stimulus negatif. Sementara itu hukuman adalah pemberian stimulus
negatif atau penghilangan stimulus positif.
Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari
psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi
dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan
antarindividu.
Dalam dunia pendidikan, hal ini perlu diperhatikan.
Para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap
positif untuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku pendidik seperti ini
sangat penting artinya bagi kemauan dan semngat belajar anak-anak. Pendidik
memperhatikan proses pendidikan agar dapat memunculkan konsep diri yang
positif.
Presepsi diri sendiri berkaitan dengan sikap dan
perasaan, sikap adalah keadaan internal individu yang mempengaruhi tindakannya
terhadap objek, orang, atau kejadian.
Pendidik mempunyai kewajiban untuk menggali motivasi
anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger faktor-faktor yang memunculkan motivasi adalah :
1. Minat
dan kebutuhan individu.
2. Persepsi
kesulitan dan tuga-tugas.
3. Harapan
sukses.
Altman dan Taylor mengembangkan teori keintiman yang
ia namakan penetrasi sosial, bahwa terjadi perilaku antarpribadi yang diikuti
oleh perasaan subjektif.
Perilaku yang bertentangan dengan hubungan intim
adalah perilaku agresif. Agresif adalah perilaku yang menyakiti orang lain atau
dapat menyakiti orang lain. Ada tiga katagori agresif yaitu :
1. Agresif
anti sosial.
2. Agresif
pro sosial.
3. Agresif
sanksi.
Tiga faktor utama yang menyebabkan perilaku agresif
adalah :
1. Insting
berkelahi.
2. Gangguan
atau serangan dari pihak lain membuat orang menjadi marah atau agresif.
3. Putus
asa atau tidak mampu mencapai suatu tujuan enderung membuat orang agresif.
Cara untuk mengurangi agresif dengan kataris yaitu
penyaluran ketegangan psikis ke arah aktivitas-aktivitas seperti membuat
boneka, olahraga, dan sebagainya. Dan dengan belajar secara perlahan-lahan
menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.
Kesepakatan atau kepatuhan merupakan faktor penting
dalam proses pendidikan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya
kesepakatan, yaitu :
1. Penjelasan
tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
2. Perasaan
takut akan disisihkan oleh teman-teman.
3. Keintiman
anggota-anggota kelompok.
4. Besarnya
kelompok.
5. Tingkat
keahlian anggota kelompok.
6. Kepercayaan
diri masing-masing anggota.
7. Keakraban
dan pembauran anggota-anggota kelompok.
8. Komitmen
masing-masing kelompok terhadap kewajiban-kewajibannya dalam kelompok.
Menyadari
akan perbedaan kemampuan dan sifat-sifat antara anak laki dengan perempuan,
pendidik dalam membina anak-anak harus dapat mengatur strategi dan metode
belajar mengajar agar sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat kedua jenis
kelamin ini.
Kepemimpinan juga dibutuhkan sebab tanpa
kepemimpinan yang baik, segala kegiatan pendidikan tidak mungkin dapat
dilaksanakan dengan lancar. Tugas guru untuk membina anak-anak agar menjadi
pemimpin-pemimpin yang baik.
Kesiapan Belajar
dan Aspek-Aspek individu
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan
seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan.
Sementara itu kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran, dan
kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemapuan
ini bergantung kepada tingkat kematangan intelektual, latar belakang
pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur.
Connel menulis bahwa sejumlah hasil penelitian
mengatakan motivasi atau kesiapan afeksi belajar dikelas tergantung kepada
kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan
faktor-faktor situsional yang mungkin dapat membangunkan motivasi.
Pendekatan yang lain dapat dilakukan dalam
mengembangkan potensi motivasi adalah dengan program intervensi selama anak
duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk :
1. Memperbanyak
ragam fasilitas di TK.
2. Memberi
kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan iteraksi yang efektif di TK dan
Sd. Pola interaksi ini adalah :
a.
Memberi kesempatan untuk mengembangkan
keterampilann.
b.
Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi
berhasil.
c.
Menciptakan tujuan-tujuan yang
menantang, tidak terlalu gampang atau sukar..
d.
Memberi keyakinan untuk sukses serta
menghargai kemampuan-kemampuannya.
e.
Membuat setiap anak tertarik dan gemar
belajar. Kesaksian orang tua ini bisa menambah semnagat anak-anak belajr
menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Motivasi merupakan modal pertama
bagi anak-anak untuk gemar belajar. Ada suatu cara-cara yang dapat membangun
motivasi yaitu :
1. Memberi
kepuasan erhadap kebutuhan-kebutuhan yang dituntut yaitu :
a.
Kebutuhan fisik.
b.
Kebutuhan diterima oleh kelompok.
c.
Kebutuhan mengembangkan konsep diri.
2. Memberikan
tugas-tugas yang menantang.
3. Mengembangkan
kesaaran kontrol dari dalam.
Pendidikan harus memperlakukan dan
melayani perkembangan mereka secara wajar. Perlengkap peserta didik atau warga
belajar sebagai subjek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok
yaitu :
1. Watak.
2. Kemampuan
umum atau IQ.
3. Kemampuan
khusus atau bakat.
4. Kepribadian.
5. Latar
belakang.
Dalam kaitannya dengan tugas pendidikan
terhadap usaha membina peserta didik, terutama Indonesia yang mengiginkan
perkembangan total ada baiknya perlu mempertimbangkan segi jasmani yang juga
dikembangkanatau ditumbuhkan. Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau
aspek-aspek individu yang akan dikembangakan adalah sebagai berikut :
1. Rohani
:
1)
Umum :
a.
Agama.
b.
Perasaan.
c.
Kemauan.
d.
Pikiran.
2)
Sosial :
a.
Kemasyarakatan.
b.
Cinta tanah air.
2. Jasmani
:
a.
Keterampilan.
b.
Kesehatan.
c.
Keindahan tubuh.
Menurut konsep pendidikan di
Indonesi, individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia
berkembang seutuhnya serta diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Yang disebut
berkembang total atau seutuhnya ialah perkembangan individu yang memenuhi ketiga
kiteria berikut :
1. Semua
potensi berkembang secara proposional atau berimbang atu harmonis.
2. Berkembang
secara optimal.
3. Berkembang
secara integratif.
Arah dan wujud perkembangan itu
adalah sejalan ddengan filsafat Pancasila.
Dampak
Konsep Pendidikan
Dampaknya kepada konsep pendidikan
aalah sebagai berikut :
1. Psikologi
perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan paa
kognisi.
2. Psikologi
belajar
a.
Yang klasik
1)
Disiplin mental bermanfaat untuk
menhafal perkalian dan melatih soal-soal.
2)
Naturalis/Aktualisasi Diri bermanfaat
untuk pendidikan seumur hidup.
b.
Behavioris bermanfaat atau cocok untuk
membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar myenyayi,
dan sebagainya.
c.
Kognisi cocok untuk mempelajari
materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk
memecahkan masalah, dan untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide
baru.
3. Psikologi
sosial :
a.
Persepsi atau konsep tentang diri sendiri
ternyata bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap
lingkungan, dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita.
b.
Pembentukan sikap bisa secara alami,
dikondisi, dan meniru sikap para tokoh.
c.
Motivasi anak juga harus dikembangkan
pada saat yang memungkinkan melalui :
1)
Pemenuhan minat dan kebutuhannya.
2)
Tugas-tugas yang menantang.
3)
Menanamkan harapan yang sukses dengan
cara seringkali memberikan pengalaman sukses.
d.
Hubungan intim diperlukan dalam proses
konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok.
e.
Pendidik perlu membendung perilaku agresif
anti sosial, tetapi mengembangkan agresif pososial dan sanksi.
f.
Pendidik juga perlu mengembangkan
kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.
4. Kesiapan
belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatiakan oleh pendidik
agar ateri yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan
baik.
5. Kesembilan
aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik serta dilayani
secara berimbang.
6. Wujud
perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga kiteria, yaitu :
a.
Semua potensi berkembang secara
proposional atau berimabng atau harmonis.
b.
Potensi-potensi itu berkembang secara
optimal.
c.
Potensi-potensi berkembang secara
integratif.
d.
4.LANDASAN
HISTORIS PENDIDIKAN
Sejarah atau history keadaan masa lampau dengan segala
macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah
penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep,
teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109).
Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu
kepada generasi muda yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat belajar
dari informasi-informasi ini terutama tentang kejadian-kejadian masa lampau dan
memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan diri mereka. Sejarah telah
memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan
akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa
yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan
ekonomi mereka telah mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan berdasarkan
kebudayaan tradisional. Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan
berdasar pada sistem pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern seperti
sekarang, sistem pendidikan yang berlaku juga berdasarkan pengembangan dari
sistem pendidikan kolonial (Williams, 1977: 17).
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan
Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif
(Buchori, 1995: vii). Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang
proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode
tertentu di masa yang lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang,
bahkan semenjak jauh sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik
sebagai aktivitas intelektualisasi dan budaya maupun sebagai alat perjuangan
politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme, telah diwarnai
oleh bermacam-macam corak (Sigit, 1992: xi) . Menjelang 64 tahun Indonesia
merdeka, dengan system politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era
Reformasi ini yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang,
kita mulai dapat melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut
serta menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan
atau dasar pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan; pendidikan diarahkan
pada optimasi upaya pendidikan sebagai bagian integral dari proses pembangunan
bangsa.
Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam
generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan sebagai
institusi utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas
yang diharapkan suatu bangsa. Apalagi kini semakin dirasakan bahwa SDM
Indonesia masih lemah dalam hal daya saing (kemampuan kompetisi) dan daya
sanding (kemampuan kerja sama) dengan bangsa lain di dunia (Anzizhan, 2004: 1).
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia
untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut
pada masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang
pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan
pendidikan suatu bangsa.
5.LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Sosial
budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan
sehari-hari. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara
kelompok. Pekerjaan di rumah, di kantor, di perusahaan, di perkebunan, di
bengkel, dan sebagainya, hampir semuanya dikerjakan oleh lebih dari seorang.
Ini berarti unsur sosial ada pada kegiatan-kegiatan itu. Selanjutnya tentang
apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan adalah
merupakan unsur dari suatu budaya. Membenahi kebun di rumah misalnya,
dikerjakan oleh pembantu di bawah arahan ibu rumah tangga, adalah bertujuan
agar kebun itu bersih dan indah. Ini merupakan suatu budaya. Alat untuk bekerja
dan cara mengerjakan dengan baik juga merupakan suatu budaya.
Sosial
mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan
masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya
aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Di samping tugas pendidikan mengembangkan
aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak itu dalam
upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu di perhatikan dalam
proses pendidikan.
Sama halnya dengan sosial, aspek
budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan
tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari
anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula
kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Dengan
demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.
Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan dan dinilai bahwa bahasan tentang landasan pendidikan dalam aspek
sosial dan kebudayaan, mencakup dua masalah pokok, yaitu hubungan antara
sosiologi dan
Pada umumnya, sosiologi diartikan
sebagai bidang induk ilmu sosial yang mempelajari hubungan di antara manusia
individu dalam kelompok-kelompok menurut struktur sosialnya. Sasaran studi
sosiologi adalah bagaimana manusia individu saling berhubungan di dalam
kelompoknya, dan bagaimana struktur sosial kelompok masyarakat, serta bagaimana
hubungan di antara kelompok masyarakat itu. Jadi, dapat dinilai bahwa dalam
hubungannya dengan sosiologi, pendidikan mempunyai persoalan pokok, yaitu bagaimana
mendirikan moral keberadaban dalam dinamika yang kreatif.
Atas pengaruh sosiologi, proses
pendidikan yang ideal adalah terarah kepada mempertahankan dan meningkatkan
keselarasan hidup, baik dalam interaksi sosial, stratifikasi sosial, maupun dalam
hubungan di antara kelompok sosial. Keselarasan hidup dalam tiga dimensi sosial
itu berfungsi agar selanjutnya kehidupan masyarakat tidak terjebak ke dalam
pandangan-pandangan liberalisme positivistik. Karena pengaruh sosiologi
terhadap pendidikan sedemikian eratnya, lahirlah satu bidang studi yang disebut
sosiologi pendidikan. Di dalam sosiologi pendidikan, sudah barang tentu inti
persoalannya adalah mengenai pengembangan interaksi sosial secara lebih
efektif. Sasarannya adalah menjadikan seseorang atau kelompok yang masih rendah
tingkat sosialisasinya menjadi lebih tinggi.
Akhirnya, dari hubungan antara
sosiologi dan pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut. Sosiologi dapat
mendorong sosialisasi peserta didik dalam setiap tahapan kegiatan pendidikan.
Selanjutnya terhadap metode pendidikan, sosiologi memberi bantuan dalam hal
usaha analisis terhadap proses sosialisasi, seperti tentang bentuk interaksi
sosial, sistem komunikasi, dan sebagainya.
Bagaimana halnya tentang persoalan
hubungan antara kebudayaan dan pendidikan, dapat dijelaskan sebagai berikut.
Telah diketahui secara umum bahwa
kebudayaan adalah suatu keseluruhan sistem daya upaya untuk menciptakan
perubahan dan perkembangan kehidupan. Adapun hasilnya mencakup adat istiadat,
kebiasaan, kepercayaan, pengetahuan, filsafat, ilmu, seni, teknologi, dan
kemampuan-kemampuan yang diperoleh untuk menentukan sikap dan perilaku hidup
dalam rangka pencapaian tujuan hidup bermasyarakat.
Dari pembatasan tersebut, tampak
jelas ada keterkaitan yang saling berpengaruh antara kebudayaan dengan
pendidikan. Karena kebudayaan selalu actual dalam prosesnya, maka pasti akan
selalu berada dalam perubahan. Sedangkan pendidikan sasaran utamanya adalah
perubahan, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di
dalam diri manusia menjadi cerdas spiritual, intelektual, dan moral. Dengan
kecerdasan tersebut, diharapkan manusia mampu mengembangkan kehidupan
individual, sosial, dan religiusnya menuju pencapaian tujuan kehidupannya.
Dari uraian di atas, dapat dinilai
bahwa seluruh langkah kegiatan pendidikan adalah berupaya mengembangkan
nilai-nilai kebudayaan itu sendiri. Sebaliknya, seluruh materi kebudayaan
menjadi isi dari pendidikan. Jadi, jelas terdapat hubungan timbal balik antara
kebudayaan dan pendidikan yang bersifat kausaldialektik.
Jika seluruh kegiatan pendidikan
mengikuti nilai-nilai kebudayaan yang ada, hal itu bisa mengakibatkan kehidupan
masyarakat menjadi statis dan cenderung tidak berkembang dan terancam punah.
Sedangkan jika seluruh kegiatan pendidikan diarahkan pada penciptaan
nilai-nilai baru, kehidupan masyarakat menjadi dinamis dan cenderung mengalami
perubahan pesat, dan pada gilirannya justru bisa merusak tata kehidupan
masyarakat itu sendiri.
Dari aspek sosial budaya, dapat
disimpulkan dan dinilai bahwa dalam hubungannya dengan kebudayaan, eksistensi
pendidikan yang menjadi persoalan seluruh eksistensi manusia menjadi lebih
jelas. Oleh sebab itu, seharusnya isi pendidikan meliputi seluruh aspek
lingkungan di mana manusia hidup. Begitu juga proses pendidikan, tidak harus
terbatas pada pendidikan sekolah saja, melainkan perlu dikembangkan di setiap
lingkungan sosial di mana manusia berada. Pendidikan berproses secara
berkelanjutan mulai dari kehidupan keluarga, lembaga sekolah, dan di lingkungan
masyarakat luas. Pada hakikatnya, dimana ada manusia dan masyarakatnya, di situ
perlu diselenggarakan pendidikan.
6.LANDASAN HUKUM
Landasan berfikir,berkarya,berpendapat adalah sifat
hakikat keberadaan manusia dan menjadi
sumber kuat buat sebuah kemajuan. Namun jika kebebasan seprti ini tidak
dibatasi akan merusak kemajuan kehidupan itu sendiri.oleh sebab itu didalam
kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat diperlukan
adanya hukum.jadi fungsi hukum didalam masyarakat untuk mengawal kemajuan
kehidupan dan huku sebagai penyeimbang antara hak dan kewajiban manusia didalam
kehidupan bermasyarakat.begitu pula didalam pendidikan hukum digunakan sebagai pengawal
untuk mencapai kemajuan pendidikan dan tujuan yang telah ditentukan.
Hukum
yang dimaksut adalah segala jenis aturanyang harus kita taati untuk mencapai
tujuan.Sementara itu hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati.Aturan baku yang sudah disahkan pemerintah apabila tidak ditaati akan
mendapat sanksi seperti aturan yang ada.namun hukum tersebut tidak semuanya
tertulis melainkan juga ada yang secara implisit dan dialami hidup didalam
masyarakat dalam bentuk adat istiadat,norma-norma yang berlaku
dimasyarakat,kepercayaan,atau hidup keagamaan.
A.Pendidikan
menurut Undang-Undang Dasar 1945
undang- undang ini merupakan sumber hukum
tertinggidi indonesia dan tidak dapat dirubah isinya.bahkan didalam alenia ke-4
UUD 19945 terdapat tujuan pendidikan yaitu mencerdasan kehidupan bangsa.Dengan
demikian bangsa indonesia dengan tegas peduli terhadap masyarakatnya tentang
pentingnya sebuah pendidikan.Oleh sebab itu,negara wajib melaksanakan
pendidikan nasional yang diatur didalam pasal 31 dan 32 UUD 1945.Pasal 31 ayat
1yang berbuunyi,”Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”.
Sedangkan ayat 2 berbunyi,”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan gerakan
suatu sistim pengajaran nasional,yang diatur dengan undang-undang.”
Pasal-tersebut mengandung arti bahwa setiap warga
negara berhak mendapatkan sebuah pendidikan,jika tidak berhak menuntut
oemerintah dengan undang-undang tersebut.Namun begitu pula sebaliknya jika
warga negara tidak mau melaksanakan kewajiban pendidikannya maka negara berhak
memberi sanksi hukum terhadap warga negara tersebut. Sedangkan pasal 32
berbunyi,”Pemerintah memajukan kebudayaan nasional indonesia.” Sebab kebudayaan
dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat.Karena kebudayaan adalah
hasil budidaya manusia jadi apabila pendidikan maju kebudayaan pun juga akan
maju.
B.Undang-undang
RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Undang-undang ini paling banyak membicarakan
pendidikan jika dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan RI
lainya,karena undang-undang ini bisa disebut peraturan perundang-undangan
pendidikan.undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya,jadi segala
sesuatu bertalian dengan pendidikan mulai dari persekolahan sampai perguruan
tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.
Namun disini tidak smua pasal akan kami bahas,hanya
pasal-pasal penting dan terutama yang membutuhkan penjelasan mendalam dan
menjadi acuan untuk mengembangkan pendidikan.
Pasal-pasalnya antara lain,pasal 1 ayat 2 dan ayat 7. Ayat 2 berbunyisebagai berikut: pendidikan nasional adalah pendidikan yang
berakar kepada kebudayaan bangsa indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945. Berarti undang-undang ini mengharuskan pendidikan
berakar dari kebudayaan bangsa indonesia yang berdasarkan Undang-undang Dasar
1945 dan pancasila.
Tetapi
kenyataannya saat ini kita belum mempunyai teori-teori yang khas sesuai dengan
kebudayaan bangsa ini. Teori pendidikan
kita masih dalam proses pengembangan(sanusi,1989). Saat ini kita masih
mencontoh teori-teori dari luar negeri kemudihan diterapkan disini bahkan
teori-teori tersebut tidak dilakukan penelitian didalam negeri terlebih dahulu
singga kebanyakan langsung diterapkan begitu saja,sehingga tidak bisa sesuai
dengan karakter budaya bangsa indonesia.
Dengan demikian teori-teori kita belum sesuai dengan
harapan yang tercantum didalam undang-undang pendidikan kita. Oleh sebab itu
kondisi seperti ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh
kita,terutama tantangan terhadap para ahli untuk menemukan teori yang sesuai
dengan bangsa ini. Memang tidak mudah dan tidak singkat namun jika ditekuni
dengan terus diteliti secara sabar suatu saat pasti akan tertemukan
teori-teori yang sesuai dengan bangsa
ini.
Kemudian,Pasal
1 ayat 7 berbunyi:Tenaga
kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam
penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga
pendidikan ialah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya menjadi
tenaga kependidikan. Sedangkan yang dimaksut didalam tenaga kependidikan
tertera dalam Pasal 27 ayat 2,yang
isinya adalah tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik,pengelola/kepala
lembaga pendidikan,penilik/pengawas,peneliti,dan pengembang pendidikan,pustakawan,laboran,dan
teknisi sumber pendidikan.
Dari
macam-macam tenaga pendidikan tersebut yang sudah jelas kedudukan dan
wewenangnya baik karena keahlian atau surat yang diterimanya yaitu
penilik,pengawas,peneliti dan pengembang pendidikan,pustakawan,laboran,dan
teknisi sumber belajar. Sedangkan tega pendidik dan tenaga pengelola sudah
jelas surat pengangkatannya namun
sebagian lagi juga ada yang belum jelas karena kebanyakan mereka pendidik atau pengelola diluar jalur
pendidikan sekolah,baik pendidikan keluarga maupun pendidikan masyarakat. Namun
secara hukum mereka termasuk mengabdikan diri terhadap dunia pendidikan. Yang
paling penting adalah mengabdikakn diri untuk sebuah kemajuan pendidikan adalah
perbuatan yang sangat mulia.
7.LANDASAN EKONOMI
Pada zaman modern seperti ini kebanyakan manusia
mengangsumsikan kebutuhan ekonomi lebih pennting dari pada kebutuhan
rohani,sehingga membuat ekonomi mendapat perhatoan secara besar. Jarang yang
meningkatkan spiritual melainkan lebih cenderung meningkatkan ekonominya. Pada
intinya mereka ingin hidup enak dengan kebutuhan ekonomi perpenuhi.
Ekonomi menjadi kebutuhan dasar manusia sehingga
smua golongan dari orang kaya sampai yang miskin memerlukan ekonomi walaupun
tingkat kebutuhan mereka berbeda. Dengan demikian pembahasan ekonomi tidak hanya membahas orang kaya saja melainkan
untuk smua orang. Termasuk orang dan dunia pendidikan yang ditekuni nya.
Peran
Ekonomi dalam Pendidikan
Dunia sekarang tidak disibukkan hanya masalah
politik dan pertentangan melainkan kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi slalu
ditingkatkan,untuk menunjang itu maka pendidikan diperkuat karakterny sehingga
kelak akan berdampak pada kemajuan ekonomi masa yang akan datang. Dengan
tuntutan inilah pemerintah menguatkan
pembangunan dibidang ekonomi yaitu dengan munculnya Berbagai usaha
baru,pabrik-pabrik baru,badan-badan perdagangan baru dan jasa-jasa baru.
Pengembangan dalam ekonomi makro berpengaruh pula
pada dunia pendidikan.banyak orang kaya yang mengadopsi anak angkat dari orang
tidak mampu kebutuhan ekonominya sehingga mereka mendapat sekolah dengan baik
dan sesuai dengan program pemerintah 9 tahun wajib belajar. Namun juga masih
banyak orang kaya yang tidak mempedulikan nasib pendidikan,mereka acuh tak acuh
melihat realita kehidupan disekitarnya. Tetapi dengan adanya orang kaya yang
mau berbagi turut menopang pendidikan dinegeri ini untuk menjadi lebih baik.
Perkembangan selanjutnya sangat menggembirakan
adalah terjadinya pendidikan sistem ganda. Pendidikan ini adalah kerja sama
antara pemerintah atau sekolah dengan pengusaha-pengusaha untuk menrima siswa-siswa nya menjalani
praktek kerja lapangan sehingga mereka mampu kreatif inovatif dan yang paling
penting mendapatkan pengalaman belajar yang sesungguhnya. Karena peralatan yang
disediakan sekolah masih minim sehingga kerja sama seperti ini sangat membantu
perkembangan pendidikan itu sendiri.
Namun tidak hanya perkembangan diatas saja karena
masih ada perkembangan yang sangat menggembirakan yaitu bermunculan
sekolah-sekolah unggulan yang dibuat oleh para pengusaha. Berarti
pengusaha-pengusaha ini sangat mempedulikan pendidikan sehingga mereka mau
menyisihkan sebagian hartanya untuk membangun sekolah-sekolah yang bermutu
unggul. Mereka pun juga menyiapkan fasilitas pendukung pendidikan yang lebih
lengkap dibandingkan sekolah negeri bahkan tenaga pengajarnya pun lebih mumpuni
karena mereka mau membayar tenaga pengajar dengan gaji yang relatif besar.
Berbicara tentang lulusan sekolah
unggul,Buchori(1996) menulis tentang arah sekolah-sekolah seperti ini diluar
negeri sebagai berikut:
1. Untuk
membuat para siswa mencintai prestasi tinggi.
2. Mau
dan bisa bekerja secara sempurna
3. Memiliki
etos kerja dan membenci kerja setengah-setengah
4. Keseimbangan
pengembangan jasmani dan rohani ,keseimbangan penguasaan pengetahuan mas
sekarang dengan pengetahuan masa lampau.
Jadi
intinya tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positip atau cinta
terhadap prestasi ,cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak
pekerjaan kasar,menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
Setelah membicarakan teori makro selanjutnya kita
akan membicarakan secara mikro. Pada
umumnya orang mengatakan seorang dikatakan meningkat atau menurun tingkat
kehidupan nya di lihat dari ekonominya,jarang dilihat dari tingkatan
kerohaniannya. Dengan demikian tak perlu dipungkiri bahwa manusia kebanyakan
ekonomi menjadi peranan penting dalam kehidupannya. Bahkan ada yang nekad
menggunakan cara-cara yang dilarang agama pun di tempuh demi meningkatnya
ekonomi,sperti: mencopet(kriminalitas),pergi kedukun mencari
pesugihan,mencurangi perdagangan,dan lain-lain.
Tidak hanya kehidupan bahkan ekonomi pun juga
merambah kedua pendidikan,yaitu sekolah-sekolah bahkan perguruan tinggi pun
juga sangat ditentukan ekonominya. Perguruan tinggi atu sekolah yang kaya akan
leluasa bergerak mencukupi kebutuhan ekonominya sehingga sarana dan prasarana
pun terjamin mutunya,sedangkan sekolah atau perguruan tinggi yang miskin akan
sulit bergerak sehingga tidak bisa leluasa mencukupi kebutuhan sarana dan
prasarana jadi berdampak kemajuan sekolahan tersebut.
FUNGSI
PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
Fungsi produksi adalah hubungan
antara output dengan input. Jadi suatu organisasi pendidikan dikatakan
produktif kalau paling sedikit memiliki keseimbangan antara output dan input.
Menurut Thomas fungsi produksi dibagi
menjadi 3 macam,yaitu:fungsi produksi administrator,fungsi produksi
psikologi dan fungsi produksi ekonomi.
Pada fungsi produksi
administrator yang dipandang input adalah segala seuatu yang disebut
wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksut adalah :
1. Prasarana
dan sarana belajar,termasuk ruang kelas.
Penilaian untuk dapat diuangkan
adalah atas dasar luas dan kualitas bangunan.
2. Perlengkapan
belajar ,media,dan alat peraga baik didalam kelas maupun dilaburatorium, yang
juga dihitung harganya dalam bentuk uang.
3. Buku-buku
dan bentuk material lainya seperti film,disket,dan sebagainya,juga dapat
diuangkan.
4. Barang-barang
habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium,kapur,kertas,alat tulis,dan sebagainya
dihitung dalam wujud uang.
5. Waktu
guru bekerja dan personalia lainya yang dipakai dalam memproses peserta
didik,yang juga dinilai dengan uang.
Kelima
jenis tersebut sudah dinilai dalam
bentuk uang kemudian dijumlahkan.
Sementara itu output adalah berbagai
bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Layanan layanan ini dihitung
lewat sistem kredit semester atau SKS dan lama peserta didik belajar. Kedua
dalam bentuk uang.
Dengan demikian input maupun out put
pada fungsi administrator ini dapat dihitung dengan uang. Biaya input akan
dibayar oleh lembaga sedangkan output akan dibayar oleh peserta didik.
Selanjutnya adalah fungsi yang kedua
yaitu fungsi produksi psikolog. Input produksi ini sama dengan input
administrator namun outpunya berbeda. Output fungsi prodiksi psokologi adalah
smua hasil siswa yang mencakup:
1. Peningkatan
kepribadian
2. Pengarahan
dan pembentukan sikap
3. Penguatan
kemauan
4. Peningkatan
estetika
5. Penambahan
pengetahuan ,ilmu,dan teknologi.
6. Peningkatan
keterampilan
7. Penajaman
pikiran
Suatu
lembaga pendidikan kalau dipandang berhasil apabila harga inputnya sama atau
harga outputnya lebih besar dari harga inputnya.
FUNGSI
PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
Sama dengan yang terdahulu,fungsi pruduksi ini pun
akan dipandang baik apabila harga inputnya sama atu lebih kecil dari harga
otputnya. Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut:
1. Semua biaya pendidikan seperti pada
input fungsi produksi administrator.
2. Semua uang yang dikeluarkan secara
pribadi untuk keperluan pendidikan seperti halnya uang
saku,transportasi,menbeli buku,alat-alat tulis ,dan lain sebagainya selama
belajar atau kuliah.
3. Uang
yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu
tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Uang sperti ini biasanya disebut
opportunity cost.
Sementara
itu yang menjadi out putnya adalah tambahan penghasilan peserta didik kalau sudah tamat atau bekerja. Namun apabila
belum pernah bekerja maka yang menjadi outputnya gaji yang diterima setelah
tamat dan bekerja.
Fungsi produksi ekonomi ini sangat
bertalian erat dengan marketing didunia pendidikan. Karena jaman sekarang
realita pada masyarakat mereka yang sekolah setelah lulus ingin bekerja
meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan belajar atau studi mereka adalah untuk
mencari uang atau meningkatkan penghasilan.
Marketing adalah analisis, perencanaan,
implementasi, dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target
pasar, sebagai tujuan lembaga pendidikan(kotler,1985). Marketing mencakup
:1.Mendesain penawaran,2.Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal
ini calon peserta didik,3.Menentukan harga efektik ,mengadakan
komunikasi,distribusi,dan meningkatkan motivasi serta layanan.
Keuntungan marketing ada beberapa hal termasuk
kelemahan dalam sistem marketing ini. Keuntunganya adalah:
1. Misi
pendidikan terselenggara secara lebih sukses,sebab diisi dengan program yang
menarik
2. Kepuasan
masyarakat ditingkatkan.
3. Meningkatkan
daya terhadap petugas ,peserta didik,dana,donator,dan sebagainya.
4. Meningkatkan
efesiensi kegiatan pemasaran
Sedangkan
kelemahannya antara lain:
1. Cenderung
lembaga pendidikan menjadi usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan uang.
2. Idialisme
pendidikan cenderung diabaikan.
Namun
jika lembaga pendidikan ini melaksanakan marketing hanya terbatas hanya untuk
bisa meningkatkanpendaftaran calon dan untuk
menutupi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang lain dengan tidak
meninggalkan idialisme sebagai lembaga pendidikan,hal ini masih bisa diterima.
FUNGSI
EKONOMI PENDIDIKAN
Fungsi
ekonomi pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan
merupakan modal untuk dikembangkan,bukan untuk mendapatkan keuntungan.
Ada 3 macam
perencanaan biaya pendidikansebagai berikut:
1. Perencanaan
secara tradisional,yaitu dengan menentukan macam-macam kegiatan
pendidikan,kemudian masing-masing kegiatan ditentukan biayanya.
2. SP4
(Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran). Pengaturan
jenis-jenis kegiatan dilakukan secara sistem, atau
lembaga pendidikan dipandang sebagai sistem dari segi pembiayaan. Alokasi dana
disusun atas dasar realita, dan
semua kegiatan diorientasikan kepada pencapaian tujuan pendidikan. Anggaran
tahun lalu menjadi umpan balik bagi anggaran tahun ini.
3. ZBB
(Zero Base Budgeting). Hanya direncanakan untuk anggaran satu tahun. Tiap-tiap
kegiatan ditentukan biaya minimum,
beberapa
kegiatan dapat diberikan tambahan biaya atas dasar pertimbangan tertentu.
Simpulan
ekonomi pendidikan ini sebagai berikut;
1. Ekonomi
pendidikan memegang peran cukup penting,walaupun bukan yang terpenting dalam
menyukseskan misi pendidikan.
2. Fungsi
ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang kelancaran prose pendidikan dan sebagai materi pelajaran
untuk membentuk manusia ekonomi.
3. Sumber
dana pendidikan selain dari pemerintas atau yayasan dan masyarakat ,lembaga
pendidikan masih bisa menggali sumber-sumber lain sebanyak mungkin.
4. Dana
pendidikan perlu dikelola secara profesional,pada umumnya dengan SP4,dan
dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti yang sah.
EFISIENSI
DAN EFEKTIVITAS DANA PENDIDIKAN
Yang dimaksud dengan efesiensi dalam
menggunakan dana pendidikan adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau
lebih kecil dari pada produksi dan
layanan pendidikan yang telah direncanakan. Atau secara lebih luas biaya pendidikan
lebih kecil dari pada produksi pendidikan bila smuanya dapat diuangkan. Fungsi
produksi diciptakan orang dengan salah satu tujuannyaadalah juga untuk
mendapatkan efesiensi pendidikan.
Menurut Carpenter(1972) mengemukakan
prinsip umum menilai efektiftivitas sebagai berikut:
1. Menilai
efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses
inputuntuk mencadi output.
2. Sistem
yang dibandingkan harus sama,kecuai alat pemrosesnya
3. Mempertimbangkan
smua output utama.
4. Korelasi
diharapkan bersikap kausalitas.
8.
LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI
A. Landasan Teknologi
Menurut Komisi definisi dan
terminologi The Association for Educational Communication and Technology atau
AECT, 1972, menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang
berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui usaha
sisematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan
berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses
tersebut. Dengan demikian, maka teknologi pendidikan
sebagai suatu bidang keilmuan dan memiliki kepentingan untuk memfasilitasi
belajar pada manusia dengan menggunakan suatu sistem. Teknologi pendidikan
dinyatakan sebagai suatu bidang keilmuan, karena pada tahun 1976 di Indonesia
sudah menjadi suatu program studi baik untuk jenjang S1; dan pada tahun 1978
ditingkatkan pada jenjang S2; dan S3
Teknologi pendidikan
merupakan suatu bidang kajian khusus ( spesialisasi) ilmu pendidikan dengan
objek forma ”belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu
organisasi. Setiap bidang kajian hanya dapat berkembang bilamana didukung oleh
pengkajian ilmiah yang dilakukan secara terus-menerus. Pengkajian ilmiah dalam
teknologi pendidikan tidak terlepas dari (Miarso, 2009: 199):
- Falsafah dan landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangannya
- Unsur-unsur dasar yang membentuknya
- Arah perkembangannya serta kegunaannya
B. Landasan Ilmiah
Teknologi pendidikan
merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma “belajar” manusia baik secara
pribadi maupun secara kelompok yang memiliki pola pendekatan isomeristik,
sistematik dan sistemik.
a. Isomeristik:yaitu pendekatan yang
menggabungkan berbagai unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan
yang lebih bermakna
b. Sistematik:
yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan runtut.
c. Sistemik: dilakukan secara
menyeluruh, holistic atau komprehensif.
Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan
teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa paham seperti
berikut ini (Miarso, 2009: 199)
(a) A.A Lumsidaine (1964)
teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu:
1)
ilmu fisika
2)
rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik
3)
teknologi komunikasi & telekomunikasi
4)
ilmu perilaku
5)
ilmu komunikasi
6)
ilmu ekonomi
(b) Robert Morgan (1978)
berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan
1)
ilmu perilaku
2)
ilmu komunikasi
3)
ilmu manajemen
(c)
Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan
bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin
yang memberikan kontribusi adalah :
1)
basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen
2)
related contributing field : psikologi persepsi, prikologi kognisi, psikologi
sosial, media, sistem dan penilaian kebutuhan.
(d)
Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi
pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi:
1)
psikologi
2)
rekayasa
3)
komunikasi
4)
ilmu computer
5)
bisnis
6) pendidikan
Eichelberger (dalam Miarso,
2009: 211) membedakan tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi
pengetahuan, yakni positivistik, fenomenologik dan hermeunetik. Penganut
filsafat positivistik berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan
besaran yang dapat diukur. Filsafat fenomenologik berupaya untuk
memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada
kesadaran yang disengaja ( intentionallity of consciousness) atas pengalaman,
karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran di dalam, yang
berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Sedangkan filsafat hermeunetik
berusaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada.
Berikut perbandingan tiga landasan epistimologik penelitian:
POSITIVISTIK
|
FENOMENOLOGIK
|
HERMEUNETIK
|
Analitik
|
Holistik
|
Sintetik
|
Nomotetik
|
Ideografik
|
Interpretatik
|
Deduktif
|
Induktif
|
Sinkretik
|
Laboratorik
|
Empirik
|
Empatik
|
Pembuktian dengan logika
|
Pengukuhan pengalaman
|
Penafsiran tidak memihak
|
Kebenaran universal
|
Kebenaran bersifat unik
|
Kebenaran yang diterima
|
Bebas nilai
|
Tidak bebas nilai
|
Tidak bebas nilai
|
Menurut Creswell, Denzin
& Lincoln (Miarso, 2009) di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam
teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau
fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan
ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat
variable yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan
realiabelitas instrument, dan ditujukan pada genaralisasi sample ke dalam
populasi. Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi
berakar pada penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi
naturalistik, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi
deskriptif. (Miarso, 2009:209)
Landasan falsafah
Penelitian teknologi pendidikan, terdiri atas 3 komponen seperti yang
diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam
teknologi pendidikan yaitu: ontology (apa), epistemology (bagaimana) dan
aksiologi (untuk apa).
- Ontologi : merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang kajiannya itu apa
- Estimologi : Pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu
- Aksiologi : Menelaah tentang nilai guna, baik secara umum maunpun secara khusus, baik secara kasad mata maupun secara abstrak.
Yang menjadi kajian dalam penelitian
teknologi pendidikan menjadikan beberapa perkembangan dalam bidang pendidikan
seperti yang diungkapkan oleh Ashby( dalam Fadli, 2010) yaitu adanya revolusi
dalam bidang pendidikan, yakni:
·
Revolusi I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan
anak-anaknya kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan
pendidikan anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan
anak-anaknya sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan
kepada orang lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga
sendiri. Pendidikan yang dilakukan secara individual.
·
Revolusi II : Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga
pendidikan formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada
sehingga pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan
yang diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain.
Dalam revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap
diketahui oleh guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari
orang lain. Sehingga lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
·
Revolusi III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara
manual dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan
oleh Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh
dari guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran
dan lain-lain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan.
Revolusi ke-3 sampai dengan saat ini masih terjadi
·
Revolusi IV
: Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv, komputer,
internet dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau
minimal peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
Pengkajian ilmiah
dalam teknologi pendidikan tidak hanya mempersoalkan
unsur-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga
dalam pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang
digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan. Menurut
Miarso (2009) penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung
dalam lima fase, dan dalam lima fase tersebut mempermasalahkan tentang:
1.
apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
2.
seberapa besar hasil pengajaran dengan media
3.
dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media
4.
siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media
5.
karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dalam kondisi dan situasi
bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.
Sebagai cabang ilmu baru
maka teknologi pendidikan harus memiliki kawasan tersendiri dalam penelitian
sehingga dapat memperkokoh landasan atau dasar ilmu tersebut. Secara garis
besar penelitian teknologi pendidikan meliput empat komponen seperti yang
diungkapkan oleh Sells dan Richey (Miarso,2009). Perkembangan landasan ilmiah
tersebut jelas bersifat elektik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan
ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Pandangan elektik ini telah
menghasilkan serangkaian perkembangan dalam pengertian atau definisi teknologi
pendidikan. Dalam definisi ini terdapat empat
komponen, yaitu:
1.
riset dan teori
2.
desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian
3.
proses, sumber dan sistem
4.
belajar
Pada poin kedua di atas
merupakan kawasan penelitian pendididikan, dimana hal tersebut merupakan
kawasan penelitian pendidikan. Definisi dan perkembangan landasan ilmiah ini
telah membentuk landasan ilmiah tersendiri berupa teori, model, konsep,
prinsip, proporsi dan prosedur yang merupakan ciri unik teknologi pendidikan.
Perkembangan ini juga meliputi nama yang kemudian menjadi “teknologi
pembelajaran”, hal ini untuk menegaskan fokus penggarapan, yaitu masalah
“belajar” yang bertujuan (terarah) dan disengaja. Adapun
penulisan karya ilmiah penelitian memiliki karakteristik, yakni :
1.
Memecahkan masalah/ menjawab pertanyaan
2.
Terencana
3.
Sistematik
4.
Etis
5.
Logis
Sedangkan perkembangan suatu ilmu dapat
digambarkan dengan diagram pohon berikut ini (Gephart, 1972, dalam Miarso,
2009: 206)
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
1.
Landasan
Agama, yang
didasarkan pada al-qur’an dan al-hadits
2.
Landasan
Filosofis, yaitu berdasarkan dengan
filsafat-filsafat.
3.
Landasan
Psikologis, berasal dari hukum-hukum dasar
perkembangan peserta didik.
4.
Landasan
Historis, berasal dari cita–cita dan
praktek-praktek pendidikan yang terjadi pada masa lampau.
5.
Landasan
Sosiologis Budaya, yaitu yang mengandung norma dasar
pendidikan yang bersumber dari norma
6.
Landasan
Hukum, yang didasarkan pada Undang-Undang
Dasar 1945 pasal 31 dan 32
7. Landasan Ekonomi,
Fungsi ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang kelancaran prose pendidikan dan sebagai materi pelajaran
untuk membentuk manusia ekonomi.
8. Landasan Ilmiah dan Teknologi, bersumber dari perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan mengharuskan pelaksana
pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad,
Abu dan Tri Prasetyo Joko. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Balai Pustaka
Setia.
Depdiknas.
(2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Jalaludin.
(2004) Psikologi Agama, Jakarta : Rajawali Pres.
Pidarta,
Made. (2007) Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.
Suhartono,
Suparlan. (2008). Wawasan Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar