efek daun

Minggu, 26 Mei 2013

MAKALAH LANDASAN PENDIDIKAN

MAKALAH

LANDASAN PENDIDIKAN

Dibuat untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Dasar-Dasar Pendidikan
Dosen Pengampu : Kiswan, S.Ag., M.Pd.



Disusun oleh :
1.      Riyan Saputro
2.      Rani Sulastri
3.      Tsani Nur Hidayah
4.      Stevania Primadanny Sibuea
5.      Pitriyani Nursolehah


INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
(IAID)
CIAMIS JAWA BARAT 2012


 

KATA PENGANTAR

بسم الله الرحمن الرحيم
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi Alloh Yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang selalu menganugrahkan nikmat-Nya kepada kita semua. Sholawat dan salam semoga terlimpah curahkan kepada nabi besar kita Nabi Muhammad SAW yang membawa rahmat bagi seluruh alam, kepada keluarganya, para sahabatnya dan semoga sampai kepada kita sebagai umatnya, amin.
Berdasarkan informasi yang kami peroleh dari berbagai sumber, syukur alhamdulillah kami dapat menyelesaikan pembuatan makalah tentang “ LANDASAN PENDIDIKAN “ yang merupakan salah satu tugas mata kuliah DASAR-DASAR PENDIDIKAN.
Ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini, semoga menjadi suatu ibadah dan semoga Alloh SWT membalasnya dengan sesuatu yang lebih baik, amin. Kami menyadari makalah ini jauh dari kesempurnaan, karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca, semoga makalah ini bermanfaat bagi kita.
Wassalamualaikum Wr. Wb.

Ciamis, Oktober 2012
          Penyusun












  DAFTAR ISI                                                                                                                                                                                                              Halaman
Kata Pengantar ................................................................................................ i
Daftar Isi ......................................................................................................... ii
BAB I               PENDAHULUAN
                          A... Latar Belakang ............................................................... 1
                          B... Tujuan Pendidikan .......................................................... 1

BAB II              PEMBAHASAN
                          A... Landasan Agama..........................................................    2
                          B .. Landasan Filosofis........................................................    4
                          C... Landasan Psikologis......................................................   6
                          D... Landasan Historis..........................................................  19
                          E.... Landasan Sosiologis dan Budaya.................................   21
                          F.... Landasan Hukum..........................................................   24
                          G... Landasan Ekonomi........................................................  26
                          H... Landasan ilmiah dan Teknologi....................................   33

BAB III            PENUTUP
                          3.1     Kesimpulan.................................................................  40

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................  41


 
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hampir semua orang dikenai pendidikan dan melaksanakan pendidikan. Sebab pendidikan tidak pernah terpisah dengan kehidupan manusia. Anak-anak menerima pendidikan dari orang tuanya, dan manakala anak-anak ini sudah dewasa dan berkeluarga mereka juga akan mendidik anak-anaknya. Begitupula di sekolah dan perguruan tinggi, para siswa dan mahasiswa dididik oleh dosen dan para guru. Pendidikan adalah khas milik dan alat manusia. Tidak ada mahluk lain yang membutuhkan pendidikan.
Dalam bab ini secara berturut-turut akan dibahas landasan-landasan pendidikan mencakup landasan agama, landasan filosofis, landasan psikologis, landasan historis, landasan sosiologis dan budaya, landasan hukum (yuridis), landasan ekonomi, landasan ilmiah dan teknologi.

B. Tujuan Pendidikan
            Tujuan pendidikan di Indonesia tertulis pada undang-undang (UU RI) no 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional beserta peraturan-peraturan pemerintah yang bertalian dengan pemerintah.











BAB II
PEMBAHASAN

1.LANDASAN AGAMA
            Landasan agama merupakan landasan yang paling mendasari dari landasan-landasan pendidkan,sebab landasan agama adalah landasan yang diciptakan oleh Allah SWT. Yakni tuhan yang Maha Kuasa. Landasan agama itu berupa firman Allah SWT dalam kitab suci Al-Qur’an dan Al-hadits berupa risalah atau tuntutan yang dibawakan oleh Rasulullah (utusan Allah) yakni Nabi Muhammad Sallahu ‘alaihi wassalam (SAW) untuk umat manusia,berisi rentang tuntutan – tuntutan atau pedoman hidup manusia untuk mencapai kebahagiaan hidup baik didunia maupun di akherat nanti, serta merupakan rahmat Allah bagi semesta alam.
            Dalam Al-Qur’an dan Al-hadits dijelaskan bahwa pendidikan memiliki kedudukan yang sangat mulia. Terdapat banyak ayat Al- Qur’an yang memiliki makna substantif tentang pendidikan. Seperti pada Al-Alaq ayat 1-5 yang merupakan surat pertama diturunkan dalam Al-Qur’an.
ù&tø%$# ÉOó$$Î/ y7În/u Ï%©!$# t,n=y{ ÇÊÈ   t,n=y{ z`»|¡SM}$# ô`ÏB @,n=tã ÇËÈ   ù&tø%$# y7š/uur ãPtø.F{$# ÇÌÈ   Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ   zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
1. bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589],
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca.

Demikian pula pada Al-Qur’an Al-Mujadalah ayat 11.
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ  
Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
“Allah mengangkat orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan,beberapa drajat”.

Terdapat dalam Al-hadits Nabi Muhammad SAW, artinya demikian:
                                                       
“carilah ilmu mulai dari buaian sang Ibu sampai keliang lahat ( meninggal).”
Demikian pula,Hadits Nabi tentang kewajiban mencari Ilmu:
                                    (( البر  عبد  إبن رواه )) مُسْلِمَةٍ مُسْلِمٍ وَ كُلِّ عَلَى فَرِيْضِةٌ  اْلعِلْمَ  طَلَبُ

“Mencari ilmu itu wajib bagi kaum muslim laki-laki dan perempuan”( HR.Bukhori Muslim).”
Agar manusia tidak tersesat,terutama bagi orang-orang yang beriman. Nabi Muhammad SAW berpesan melalui sebuah hadits yang artinya: “Telah aku tinggallah dua perkara yang apabila engkau memegang teguh keduanya, enkau tidak akan tersesat, kedua perkara itu adalah Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah Nabi(Al-Hadits).”
Pada dalam landasan agama terdapat pula tuntutan untuk mencapai kebahagiaan                                                                       (مسلم رواه ) اللَّحْْدِ إِلَى الْمَهْدِ مِنَ الْعِلْمَ أُطْلُبُ         
baik di dunia maupun di akherat,sebagaimana pada hadits nabi muhammad SAW, artinya :“ barang siapa menginginkan kebahagiaan dunia, maka dengan ilmu. Dan barang siapa menginginkan keduanya( kebahagian dunna dan akhirat), maka dengan ilmu.

2. LANDASAN FILOSOFI
Ditinjau dari sudut pandang filsafat, kualitas ilmu pengetahuan pada umumnya tersusun atas tiga lapis, yaitu lapisan abstrak, potensi-teoritis, dan lapisan konkret-praktis. Dasar pelapisan ini adalah realitas keberadaan setiap benda atau hal ada.
Pada lapisan abstrak, ilmu pengetahuan itu bersifat universal dan jumlahnya hanya ada satu. Karena abstrak, ilmu pengetahuan tidak terikat oleh ruang dan waktu tertentu, karena itu bersifat tetap tidak mengalami perubahan.
Pada lapisan potensial-teoritis, ilmu pengetahuan bersifat khusus menurut jenis, bentuk, dan sifat objeknya. Pada lapisan konkret-praktis, ilmu pengetahuan menjadi konkret dan plural menurut jenis, bentuk, dan objek tertentu.
Struktur abstrak, potensial-teoritis, dan konkret-praktis ilmu pengetahuan tersebut sering dipopulerkan dengan aspek-aspek ontologis, epitemologis, dan etika.
Filsafat, menurut sudut pandangnya, selalu mempelajari ilmu pengetahuan menurut tiga aspek, yaitu aspek ontologis, epitemologis, dan etika. Begitu pila dengan pendidikan, yang dapat dikategorikan menjadi tiga aspek, yaitu aspek ontologis, epitemologis, dan etis.
Ontologi adalah bidang studi metafisis yang mempersoalkan hakikat keberadaan ilmu pengetahuan. Epistemologi adalah bidang filsafat aksiologi-teoritis dengan persoalan pokok tentang nilai kebenaran dan bagaimana upaya memperolehnya. Etika adalah bidang filsafat praktis dengann persoalan khas tentang nilai moral (kebaikan), berupa tingkah laku yang baik.
Persoalan pendidikan adalah persoalan manusia, yang melekat pada eksistensi kehidupannya. Jadi pendidikan berada bersama manusia sejak dari asal mulanya, eksistensi, dan sampai pada tujuan hidup manusia. Hakikat pendidikan adalah hakikat manusia dalam kehidupannya.
Berdasarkan panangan tersebut, deskripsi tentang hakikat pendidikan meliputi unsur-unsur asal-mula, eksistensi dan tujuan pendidikan. Karena asal mula manusia dari Tuhan sebagai causa prima, maka bagi manusia, potensi pendidikan juga berasal dari Tuhan. Karena itu tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa pendidikan bersifat spiritual keilahian.
Karena nilai spiritual keilahian manusia melekat erat pada pendidikan, maka hakikat pendidkan adalah masalah manusia dalam kesejatian dirinya sebagai makhluk Tuhan. Dengan sifat spiritual keilahian, manusia justru mempunyai kemampuan untuk melakukan perubahan dan pengembangan dirinya sebagai manusia melalui seluruh rangkaian kegiatan pendidikan.
Pendidikan itu penting dan perlu bagi manusia. Jika manusia tidak melakukan pendidikan, dapat dipastikan setiap kelahiran tidak dapat melangsungkan eksistensinya. Karena hanya dengan nalurinya saja, manusia tidak bisa memenuhi kebutuhan kehidupannya.
Sepanjang eksistensi kehidupannya, sejak lahir sampai akhhir manusia menyelenggarakan pendidikan dalam berbagai jenis, bentuk, dan metode. Kegiatan itu dimulai dari keluarga, sekolah sampai memasuki kehidupan masyarakat secara berkelanjutan. Kontinuitas penyelenggaraannya bersifat dialektikverifikatif.
Persoalan tujuan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk mempersiapkan perilaku individu agar ahli dan terampil sehingga mampu menjalani dan mengembangkan kehidupannya secara spiritual manusiawi menurut kodrat kehidupannya.
Oleh karena itu seluruh tahapan langkah-langkah kegiatan pendidikan haruslah berdasar pada isi pendidikan berupa nilai spiritual keilahian, dan diarahkan pada kedewasaan dan kematangan intelektual, untuk mencapai kematangan perilaku.

3. LANDASAN PSIKOLOGI
Psikologi atau ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani. Dalam perkembangan jiwa dan jasmani inilah seyogianya anak-anak belajar, sebab pada masa ini mereka peka untuk belajar, punya waktu untuk belajar, belum berumah tangga, bekerja, dan bertanggung jawab terhadap kehidupan keluarga. Masa bertingkat-tingkat ini sejalan dengan fase-fase perkembangan mereka.
Psikologi Perkembangan
Ada tiga teori atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan ini yang dimaksud adalah :
1.             Pendekatan pentahapan. Dengan maksud perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan tertentu.
2.             Pendekatan diferensial. Dengan maksud pendekatan ini memandang individu-individu itu memiliki kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan.
3.             Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual.
Dari pendekatan ini, yang paling banyak dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada dua macam yaitu yang bersifat menyeluruh dan yang bersifat khusus.
Menurut Crijns, periode atau tahap perkembangan manusia secara umum adalah sebagai berikut :
1.      Umur 0 – 2 tahun disebut masa bayi.
2.      Umur 2 – 4 tahun disebut masa kanak-kanak.
3.      Umur 5 – 8 tahun disebut masa dongeng.
4.      Umur 9 – 13 tahn disebut masa Robinson.
5.      Umur 13 tahun disebut masa pubertas pendahuluan.
6.      Umur 14 – 18 tahun disebut masa puber.
7.      Umur 19 – 21 tahun disebut masa adoselen.
8.      Umur 21 tahun keatas disebut masa dewasa.

Penelitian menyatakan bahwa memisahkan pendidikan anak laki-laki dengan anak perempuan sejalan dengan masa tertentu terjadi pertentangan antara kelompok perempuan dan laki-laki ini dapat merugikan anak-anak sebab mereka berkembang diluar kewajaran hidup manusia, yang menyebabkan pendidikan terpisah ini dihentikan.
Psikologi perkembangan menurut Rouseau yaitu :
1.      Masa bayi dari 0 – 2 tahun yang sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2.      Masa anak dari 2 – 12 tahun yang menyatakan perkembangannya baru seperti hidup manusia primitif.
3.      Masa pubetras dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk berpetualang.
4.      Masa adoselen dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral. Remaja ini mulai belajar berbudaya.
Stanley Hall penganut teori Evolusi dan teori Rekapitulasi membagi masa perkembangan anak menjadi :
1.      Masa kanak-kanak. Umur 0 – 4 tahun sebagai masa kehidupan binatang.
2.      Masa anak. Umur 4 – 8 tahun merupakan masa sebagai manusia pemburu.
3.      Masa muda. Umur 8 – 12 tahun sebagai manusia belum berbudaya.
4.      Masa aoselen. Umur 12 – dewasa merupakan manusia berbudaya.
Havinghurst membagi menyusun fase perkembangan menjadi :
1.      Tugas perkembangan masa kanak-kanak.
2.      Tugas perkembangan masa anak.
3.      Tugas perkembangan masa remaja.
4.      Tugas perkembangan masa dewasa awal.
5.      Tugas perkembangan masa setengah baya.
6.      Tugas perkembangan orang tua.
Tugas-tugas yang tertera diatas memberi kemudahan kepada para pendidik pada setiap jenjang dan tingkat pendidikan untuk :
1.      Menentukan arah pendidikan.
2.      Menentukan metode atau model belajar anak-anak agar mereka mampu nyelesaikan tugas perkembangannya.
3.      Menyiapkan materi pelajaran yang tepat.
4.      Menyiapkan pengalaman belajar yang cocok dengan tugas perkembangan itu.
Menurut Piaget ada tingkat perkembangan kognisi yaitu :
1.      Periode sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun.
2.      Periode praoperasional pada umur 2 – 7 tahun.
3.      Periode operasi konkret padda umur 7 – 11 tahun.
4.      Periode operasi formal pada umur 11 – 15 tahun.
Menurut Buner tingkat perkembangan kognisi yaitu :
1.      Tahap enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya memahami lingkungan
2.      Tahap ikonik, anak memahami dunia melalui gambaran-gambaran dan visualisasi verbal.
3.      Tahap simbolik, anak telah memiliki gagasan abstrak yang banyak dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Bunner juga mengatakan bahwa perkembangan kognitif seseorang bisa dimajukan dengan jalan mengatur bahan pelajaran, antara lain dengan kurikulum spiral.
Lawrence Kholberg mengembangkan teori moral kognisi atas dasar teori Piaget. Menurut dia ada tiga tingkat perkembangan moral kognisi, yang masing-masing tingkat ada dua tahap sebagai berikut :
1.      Tingkat prekonvensional.
2.      Tingkat konvensional.
3.      Tingkat post-konvensional.
Menurut Erikson perkembangan afeksi terdiri atas delapan tahap :
1.      Bersahabat vs menolak pada 0 – 1 tahun.
2.      Otonomi vs malu dan ragu-ragu pada umur 1 – 3 tahun.
3.      Inisiatif vs perasaan bersalah pada umur 3 – 5 tahun.
4.      Perasaan produktif vs rendah diri pada umur 6 – 11 tahun.
5.      Identitas diri vs kebingungan pada umur 12 – 18 tahun.
6.      Intim vs mengisolasi diri pada umur 19 – 25 tahun.
7.      Generasi vs kesenangan pribadi pada umur 25 – 45 tahun.
8.      Integritas vs putus asa pada umur 45 tahun keatas.

Simpulan Baller dan Charles sebagai berikut,
1.      Anak yang berasal dari keluarga yang memberi layanan baik, akan bersikap ramah, luwes, bersahabat, dan mudah bergaul.
2.      Anak yang dilahirkan pada keluarga yang menolak kelahiran itu, cenderung menimbulkan masalah, agresif, menentang orang tua, dan sulit diajak berbicara.
3.      Anak yang diberikan pada keluarga yang acuh tak acuh pada anak, cenderung bersikap pasif dan kurang populer di luar rumah.

Konsep perkembangan yang dibahas terakhir ini berasal dari Gagne, yang disebut sebagai perkembangan kemampuan belajar. Perkembangan itu adalah sebagai berikut:
1.      Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya huruf b dengan d.
2.      Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf hidup, huruf mati, dan sebagainya.
3.      Belajar prinsip, yaitu mempelajari prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.
4.      Pemecahan maasalah, yaitu belajar mengkombinasikan dua atau lebih prinsip untuk memperoleh sesuatu yang baru.
Psikologi Belajar
            Belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman dan bisa melaksanakan pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya kepada orang lain.
      Ada sejumlah prinsip belajar menurut Gagne yaitu sebagai berikut,
1.      Kontiguitas.
2.      Pengulangan.
3.      Penguatan.
4.      Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.
5.      Tersedia materi pelajaran yang lengkap untuk memancing aktivitas anak-anak.
6.      Ada upaya membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar, seperti apersepsi dalam mengajar.
7.      Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
8.      Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam pengajaran.
Tiga butir pertama disebut Gagne sebagai faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar, sedangkan sisanya adalah sebagai faktor-faktor intern.
Ada sejumlah teori belajar yang bila dibuat secara sistematik adalah
1.      Teori belajar klasik :
a.       Disiplin mental Theistik.
b.      Disiplin mental humanistik
c.       Naturalis atau aktualisasi diri.
d.      Apersepsi
2.      Teori belajar modern :
a.       R-S Bond atau asosiasi.
b.      Pengkonsidian (kondisioning) instrumental.
c.       Pengkondisian operan.
d.      Penguatan.
e.       Kognisi.
f.       Belajar bermakna
g.      Insight atau gestalt.
h.      Lapangan.
i.        Tanda.
j.        Fenomenologi.
Teori belajar diatas dapat pula dibagi 2 kelompok, yaitu :
1.      Behavioris.
2.      Kognisi yang mencakup nomor e sampai dengan j.
Teori belajar disiplin humanistik bersumber dari aliran psikologi humanistik klasik ciptaan plato dan aris toteles. Teori ini sama dengan disiplin mental theistik di atas yaitu manakla daya-daya itu dilatih, mereka akan semakin kuat, dan manakala sudah kuat, maka individu bersangkutan engan mudah dapat memecahkan berbagai masalh yang dihadapi.
Teori belajar naturalis atau aktualisasi diri berpangkal dari psikologi naturalis romantik yang dipimpin oleh Rousseau. Sama halnya dengan teori diatas, teori naturalis ini pun memandang setiap anak memiliki potensi dan kemampuan.
Teori belajar klasik yang terakhir adalah apersepsi berasal dari psikologis struktur ciptaan Herbart. Sebab itu ia dinamai pula Herbanisme. Psikologi ini memandang bahwa jiwa manusia merupakan suatu struktur. Struktur ini bisa berubah dan bertambah manakala orang bersangkutan belajar.
Langkah-langkah belajar menurut Hebart adalah sebagai berikut :
1.      Pendidik harus mengadakan persiapan dengan cermat.
2.      Pendidikan dilaksanakan sedemikian rupa sehingga anak-anak merasa jelas memahami pelajaran itu, yang memudahkan asosiasi-asosiasi baru terbentuk.
3.      Asosiasi-asosiasi baru terbentuk antara materi yang ipelajari dengan struktur jiwa atau apersepsi anak yang telah ada.
4.      Mengadakan generalisasi, pada saat ini terbentuklah suatu struktur baru dalam jiwa anak.
5.      Mengaplikasikan pengetahuan yang baru didapat agar struktur terbentuk semakin kuat.
Thorndike mencetuskan tiga hukum belajar sebagai berikut :
1.      Hukum kesiapan, artinya semakin siap anak itu semakin mudah terbentuk hubungan antara stimulus dengan respon. Kesiapan di sini terjadi pada sisitem urat syaraf seseorang. Karena itu anak-anak perlu disiapkan terlebih dahulu sebelum menerima pelajaran baru.
2.      Hukum latihan atau pengulangan.
3.      Hukum dampak.
Tokoh teori belajar pengkondisian instrumental ini adalah watson dan Thorndike. Belajar adalah masalah melekatkan atau menguatkan respon yang benar dan menyisihkan respon yang salah akibat pemberian hadiah dan tidak dihiraukannya konsekuensi respon yang salah.
      Teori belajar ini dapat diterapkan pada anak-anak yang belum sadar akan pentingnya belajar kepada anak-anak yang malas, dan kepada mereka yang belum paham akan tugaas-tugas dirumah maupun di masyarakat.
      Teori belajar pengkondisian operan diperkenalkan oleh skinner. Kalau teori pengkondisian instrumental memberi kondisi sebelum respon, maka teori belajar pengkondisian operan memberikan kondisi sesudah terjadinya respon.
Teori belajar penguatan atau reinforcement lahir dari psikologi reinforcement lahir dari Hull. Teori ini memberi penguatan pada respon-respon yang benar atau sesuai dengan harapan.
            Dalam kaitannya dengan teori penguatan ini, dikenal ada dua macam penguatan, yaitu :
1.      Penguatan positif.
2.      Penguatan negatif.
Penguatan adalah pemberian stimulus positif atau penghilangan stimulus negatif. Sementara itu hukuman adalah pemberian stimulus negatif atau penghilangan stimulus positif.
Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah psikologi yang mempelajari psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat terhadap individu dan antarindividu.
Dalam dunia pendidikan, hal ini perlu diperhatikan. Para pendidik harus mampu membangkitkan kesan pertama yang positif dan tetap positif untuk hari-hari berikutnya. Sikap dan perilaku pendidik seperti ini sangat penting artinya bagi kemauan dan semngat belajar anak-anak. Pendidik memperhatikan proses pendidikan agar dapat memunculkan konsep diri yang positif.
Presepsi diri sendiri berkaitan dengan sikap dan perasaan, sikap adalah keadaan internal individu yang mempengaruhi tindakannya terhadap objek, orang, atau kejadian.
Pendidik mempunyai kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul sehingga mereka dengan senang hati belajar di sekolah. Menurut Klinger faktor-faktor yang memunculkan motivasi adalah :
1.      Minat dan kebutuhan individu.
2.      Persepsi kesulitan dan tuga-tugas.
3.      Harapan sukses.
Altman dan Taylor mengembangkan teori keintiman yang ia namakan penetrasi sosial, bahwa terjadi perilaku antarpribadi yang diikuti oleh perasaan subjektif.
Perilaku yang bertentangan dengan hubungan intim adalah perilaku agresif. Agresif adalah perilaku yang menyakiti orang lain atau dapat menyakiti orang lain. Ada tiga katagori agresif yaitu :
1.      Agresif anti sosial.
2.      Agresif pro sosial.
3.      Agresif sanksi.
Tiga faktor utama yang menyebabkan perilaku agresif adalah :
1.      Insting berkelahi.
2.      Gangguan atau serangan dari pihak lain membuat orang menjadi marah atau agresif.
3.      Putus asa atau tidak mampu mencapai suatu tujuan enderung membuat orang agresif.
Cara untuk mengurangi agresif dengan kataris yaitu penyaluran ketegangan psikis ke arah aktivitas-aktivitas seperti membuat boneka, olahraga, dan sebagainya. Dan dengan belajar secara perlahan-lahan menyadarkan diri bahwa agresif itu tidak baik.
Kesepakatan atau kepatuhan merupakan faktor penting dalam proses pendidikan. Ada beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya kesepakatan, yaitu :
1.      Penjelasan tentang pentingnya persatuan dan kesatuan.
2.      Perasaan takut akan disisihkan oleh teman-teman.
3.      Keintiman anggota-anggota kelompok.
4.      Besarnya kelompok.
5.      Tingkat keahlian anggota kelompok.
6.      Kepercayaan diri masing-masing anggota.
7.      Keakraban dan pembauran anggota-anggota kelompok.
8.      Komitmen masing-masing kelompok terhadap kewajiban-kewajibannya dalam kelompok.
 Menyadari akan perbedaan kemampuan dan sifat-sifat antara anak laki dengan perempuan, pendidik dalam membina anak-anak harus dapat mengatur strategi dan metode belajar mengajar agar sesuai dengan kemampuan dan sifat-sifat kedua jenis kelamin ini.
Kepemimpinan juga dibutuhkan sebab tanpa kepemimpinan yang baik, segala kegiatan pendidikan tidak mungkin dapat dilaksanakan dengan lancar. Tugas guru untuk membina anak-anak agar menjadi pemimpin-pemimpin yang baik.
Kesiapan Belajar dan Aspek-Aspek individu
Kesiapan belajar secara umum adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan keuntungan dari pengalaman yang ia temukan. Sementara itu kesiapan kognisi bertalian dengan pengetahuan, pikiran, dan kualitas berpikir seseorang dalam menghadapi situasi belajar yang baru. Kemampuan-kemapuan ini bergantung kepada tingkat kematangan intelektual, latar belakang pengalaman, dan cara-cara pengetahuan sebelumnya distruktur.
Connel menulis bahwa sejumlah hasil penelitian mengatakan motivasi atau kesiapan afeksi belajar dikelas tergantung kepada kekuatan motif atau kebutuhan berprestasi, orientasi motivasi itu sendiri, dan faktor-faktor situsional yang mungkin dapat membangunkan motivasi.
Pendekatan yang lain dapat dilakukan dalam mengembangkan potensi motivasi adalah dengan program intervensi selama anak duduk di TK dan kelas-kelas awal di SD. Intervensi ini bisa dalam bentuk :
1.      Memperbanyak ragam fasilitas di TK.
2.      Memberi kesempatan kepada orang tua untuk menyaksikan iteraksi yang efektif di TK dan Sd. Pola interaksi ini adalah :
a.         Memberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilann.
b.         Membuat kegiatan-kegiatan berprestasi berhasil.
c.         Menciptakan tujuan-tujuan yang menantang, tidak terlalu gampang atau sukar..
d.        Memberi keyakinan untuk sukses serta menghargai kemampuan-kemampuannya.
e.         Membuat setiap anak tertarik dan gemar belajar. Kesaksian orang tua ini bisa menambah semnagat anak-anak belajr menyelesaikan tugas-tugas mereka.
Motivasi merupakan modal pertama bagi anak-anak untuk gemar belajar. Ada suatu cara-cara yang dapat membangun motivasi yaitu :
1.      Memberi kepuasan erhadap kebutuhan-kebutuhan yang dituntut yaitu :
a.       Kebutuhan fisik.
b.      Kebutuhan diterima oleh kelompok.
c.       Kebutuhan mengembangkan konsep diri.
2.      Memberikan tugas-tugas yang menantang.
3.      Mengembangkan kesaaran kontrol dari dalam.
Pendidikan harus memperlakukan dan melayani perkembangan mereka secara wajar. Perlengkap peserta didik atau warga belajar sebagai subjek dalam garis besarnya dapat dibagi menjadi lima kelompok yaitu :
1.      Watak.
2.      Kemampuan umum atau IQ.
3.      Kemampuan khusus atau bakat.
4.      Kepribadian.
5.      Latar belakang.
       Dalam kaitannya dengan tugas pendidikan terhadap usaha membina peserta didik, terutama Indonesia yang mengiginkan perkembangan total ada baiknya perlu mempertimbangkan segi jasmani yang juga dikembangkanatau ditumbuhkan. Dengan demikian fungsi jiwa dan tubuh atau aspek-aspek individu yang akan dikembangakan adalah sebagai berikut :
1.      Rohani :
1)         Umum :
a.         Agama.
b.         Perasaan.
c.         Kemauan.
d.        Pikiran.
2)        Sosial :
a.       Kemasyarakatan.
b.      Cinta tanah air.
2.      Jasmani :
a.       Keterampilan.
b.      Kesehatan.
c.       Keindahan tubuh.
Menurut konsep pendidikan di Indonesi, individu manusia harus berkembang secara total membentuk manusia berkembang seutuhnya serta diwarnai oleh sila-sila Pancasila. Yang disebut berkembang total atau seutuhnya ialah perkembangan individu yang memenuhi ketiga kiteria berikut :
1.      Semua potensi berkembang secara proposional atau berimbang atu harmonis.
2.      Berkembang secara optimal.
3.      Berkembang secara integratif.
Arah dan wujud perkembangan itu adalah sejalan ddengan filsafat Pancasila.
Dampak Konsep Pendidikan
Dampaknya kepada konsep pendidikan aalah sebagai berikut :
1.      Psikologi perkembangan yang bersifat umum, yang berorientasi pada afeksi, dan paa kognisi.
2.      Psikologi belajar
a.       Yang klasik
1)      Disiplin mental bermanfaat untuk menhafal perkalian dan melatih soal-soal.
2)      Naturalis/Aktualisasi Diri bermanfaat untuk pendidikan seumur hidup.
b.      Behavioris bermanfaat atau cocok untuk membentuk perilaku nyata, seperti mau menyumbang, giat bekerja, gemar myenyayi, dan sebagainya.
c.       Kognisi cocok untuk mempelajari materi-materi pelajaran yang lebih rumit yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah, dan untuk berkreasi menciptakan sesuatu bentuk atau ide baru.
3.      Psikologi sosial :
a.        Persepsi atau konsep tentang diri sendiri ternyata bersumber dari perilaku yang overt dan persepsi kita terhadap lingkungan, dan banyak dipengaruhi oleh sikap serta perasaan kita.
b.      Pembentukan sikap bisa secara alami, dikondisi, dan meniru sikap para tokoh.
c.       Motivasi anak juga harus dikembangkan pada saat yang memungkinkan melalui :
1)      Pemenuhan minat dan kebutuhannya.
2)      Tugas-tugas yang menantang.
3)      Menanamkan harapan yang sukses dengan cara seringkali memberikan pengalaman sukses.
d.      Hubungan intim diperlukan dalam proses konseling, pembimbingan, dan belajar dalam kelompok.
e.       Pendidik perlu membendung perilaku agresif anti sosial, tetapi mengembangkan agresif pososial dan sanksi.
f.       Pendidik juga perlu mengembangkan kemampuan memimpin dikalangan anak-anak.
4.      Kesiapan belajar yang bersifat afektif dan kognitif perlu diperhatiakan oleh pendidik agar ateri yang dipelajari anak-anak dapat dipahami dan diinternalisasi dengan baik.
5.      Kesembilan aspek individu harus diberi perhatian yang sama oleh pendidik serta dilayani secara berimbang.
6.      Wujud perkembangan total atau berkembang seutuhnya memenuhi tiga kiteria, yaitu :
a.       Semua potensi berkembang secara proposional atau berimabng atau harmonis.
b.      Potensi-potensi itu berkembang secara optimal.
c.       Potensi-potensi berkembang secara integratif.
d.       
4.LANDASAN HISTORIS PENDIDIKAN
Sejarah atau history keadaan masa lampau dengan segala macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral, cita-cita, bentuk dan sebagainya (Pidarta, 2007: 109).
Informasi-informasi di atas merupakan warisan generasi terdahulu kepada generasi muda yang tidak ternilai harganya. Generasi muda dapat belajar dari informasi-informasi ini terutama tentang kejadian-kejadian masa lampau dan memanfaatkannya untuk mengembangkan kemampuan diri mereka. Sejarah telah memberi penerangan, contoh, dan teladan bagi mereka dan semuanya ini diharapkan akan dapat meningkatkan peradaban manusia itu sendiri di masa kini dan masa yang akan datang.
Misalnya, Indonesia dan negara-negara lainnya pada tahap awal perkembangan ekonomi mereka telah mengembangkan sistem pendidikan yang baik dan berdasarkan kebudayaan tradisional. Pada masa kolonial, sistem pendidikan berkembang dengan berdasar pada sistem pendidikan sebelumnya ini. Pada masa modern seperti sekarang, sistem pendidikan yang berlaku juga berdasarkan pengembangan dari sistem pendidikan kolonial (Williams, 1977: 17).
Dengan kata lain, tinjauan landasan sejarah atau historis Pendidikan Nasional Indonesia merupakan pandangan ke masa lalu atau pandangan retrospektif (Buchori, 1995: vii). Pandangan ini melahirkan studi-studi historis tentang proses perjalanan pendidikan nasional Indonesia yang terjadi pada periode tertentu di masa yang lampau.
Perjalanan sejarah pendidikan di tanah air yang sangat panjang, bahkan semenjak jauh sebelum kita menacapai kemerdekaan pada tahun 1945, baik sebagai aktivitas intelektualisasi dan budaya maupun sebagai alat perjuangan politik untuk membebaskan bangsa dari belenggu kolonialisme, telah diwarnai oleh bermacam-macam corak (Sigit, 1992: xi) . Menjelang 64 tahun Indonesia merdeka, dengan system politik sebagai penjabaran demokrasi Pancasila di Era Reformasi ini yang telah mewujudkan pola Pendidikan Nasional seperti sekarang, kita mulai dapat melihat dengan ke arah mana partisipasi masyarakat dalam ikut serta menyelenggarakan pendidikan itu. Semua corak tersebut memiliki pandangan atau dasar pemikiran yang hampir sama tentang pendidikan; pendidikan diarahkan pada optimasi upaya pendidikan sebagai bagian integral dari proses pembangunan bangsa.
Di samping itu, pendidikan memiliki peranan strategis menyiapkam generasi berkualitas untuk kepentingan masa depan. Pendidikan dijadikan sebagai institusi utama dalam upaya pembentuk sumber daya manusia (SDM) berkualitas yang diharapkan suatu bangsa. Apalagi kini semakin dirasakan bahwa SDM Indonesia masih lemah dalam hal daya saing (kemampuan kompetisi) dan daya sanding (kemampuan kerja sama) dengan bangsa lain di dunia (Anzizhan, 2004: 1).
Dengan demikian, setiap bidang kegiatan yang ingin dicapai manusia untuk maju, pada umumnya dikaitkan dengan bagaimana keadaan bidang tersebut pada masa yang lampau (Pidarta, 2007: 110). Demikian juga halnya dengan bidang pendidikan. Sejarah pendidikan merupakan bahan pembanding untuk memajukan pendidikan suatu bangsa.

5.LANDASAN SOSIAL BUDAYA
Sosial budaya merupakan bagian hidup manusia yang paling dekat dengan kehidupan sehari-hari. Sebab sebagian terbesar dari kegiatan manusia dilakukan secara kelompok. Pekerjaan di rumah, di kantor, di perusahaan, di perkebunan, di bengkel, dan sebagainya, hampir semuanya dikerjakan oleh lebih dari seorang. Ini berarti unsur sosial ada pada kegiatan-kegiatan itu. Selanjutnya tentang apa yang dikerjakan dan cara mengerjakannya serta bentuk yang diinginkan adalah merupakan unsur dari suatu budaya. Membenahi kebun di rumah misalnya, dikerjakan oleh pembantu di bawah arahan ibu rumah tangga, adalah bertujuan agar kebun itu bersih dan indah. Ini merupakan suatu budaya. Alat untuk bekerja dan cara mengerjakan dengan baik juga merupakan suatu budaya.
Sosial mengacu kepada hubungan antarindividu, antarmasyarakat, dan individu dengan masyarakat. Unsur sosial ini merupakan aspek individu secara alami, artinya aspek itu telah ada sejak manusia dilahirkan. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak itu dalam upaya mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu di perhatikan dalam proses pendidikan.
            Sama halnya dengan sosial, aspek budaya inipun sangat berperan dalam proses pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Dengan demikian budaya tidak pernah lepas dari proses pendidikan itu sendiri.
            Dari uraian di atas, dapat disimpulkan dan dinilai bahwa bahasan tentang landasan pendidikan dalam aspek sosial dan kebudayaan, mencakup dua masalah pokok, yaitu hubungan antara sosiologi dan
            Pada umumnya, sosiologi diartikan sebagai bidang induk ilmu sosial yang mempelajari hubungan di antara manusia individu dalam kelompok-kelompok menurut struktur sosialnya. Sasaran studi sosiologi adalah bagaimana manusia individu saling berhubungan di dalam kelompoknya, dan bagaimana struktur sosial kelompok masyarakat, serta bagaimana hubungan di antara kelompok masyarakat itu. Jadi, dapat dinilai bahwa dalam hubungannya dengan sosiologi, pendidikan mempunyai persoalan pokok, yaitu bagaimana mendirikan moral keberadaban dalam dinamika yang kreatif.
            Atas pengaruh sosiologi, proses pendidikan yang ideal adalah terarah kepada mempertahankan dan meningkatkan keselarasan hidup, baik dalam interaksi sosial, stratifikasi sosial, maupun dalam hubungan di antara kelompok sosial. Keselarasan hidup dalam tiga dimensi sosial itu berfungsi agar selanjutnya kehidupan masyarakat tidak terjebak ke dalam pandangan-pandangan liberalisme positivistik. Karena pengaruh sosiologi terhadap pendidikan sedemikian eratnya, lahirlah satu bidang studi yang disebut sosiologi pendidikan. Di dalam sosiologi pendidikan, sudah barang tentu inti persoalannya adalah mengenai pengembangan interaksi sosial secara lebih efektif. Sasarannya adalah menjadikan seseorang atau kelompok yang masih rendah tingkat sosialisasinya menjadi lebih tinggi.
            Akhirnya, dari hubungan antara sosiologi dan pendidikan dapat disimpulkan sebagai berikut. Sosiologi dapat mendorong sosialisasi peserta didik dalam setiap tahapan kegiatan pendidikan. Selanjutnya terhadap metode pendidikan, sosiologi memberi bantuan dalam hal usaha analisis terhadap proses sosialisasi, seperti tentang bentuk interaksi sosial, sistem komunikasi, dan sebagainya.
            Bagaimana halnya tentang persoalan hubungan antara kebudayaan dan pendidikan, dapat dijelaskan sebagai berikut.
            Telah diketahui secara umum bahwa kebudayaan adalah suatu keseluruhan sistem daya upaya untuk menciptakan perubahan dan perkembangan kehidupan. Adapun hasilnya mencakup adat istiadat, kebiasaan, kepercayaan, pengetahuan, filsafat, ilmu, seni, teknologi, dan kemampuan-kemampuan yang diperoleh untuk menentukan sikap dan perilaku hidup dalam rangka pencapaian tujuan hidup bermasyarakat.
            Dari pembatasan tersebut, tampak jelas ada keterkaitan yang saling berpengaruh antara kebudayaan dengan pendidikan. Karena kebudayaan selalu actual dalam prosesnya, maka pasti akan selalu berada dalam perubahan. Sedangkan pendidikan sasaran utamanya adalah perubahan, yaitu menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang ada di dalam diri manusia menjadi cerdas spiritual, intelektual, dan moral. Dengan kecerdasan tersebut, diharapkan manusia mampu mengembangkan kehidupan individual, sosial, dan religiusnya menuju pencapaian tujuan kehidupannya.
            Dari uraian di atas, dapat dinilai bahwa seluruh langkah kegiatan pendidikan adalah berupaya mengembangkan nilai-nilai kebudayaan itu sendiri. Sebaliknya, seluruh materi kebudayaan menjadi isi dari pendidikan. Jadi, jelas terdapat hubungan timbal balik antara kebudayaan dan pendidikan yang bersifat kausaldialektik.
            Jika seluruh kegiatan pendidikan mengikuti nilai-nilai kebudayaan yang ada, hal itu bisa mengakibatkan kehidupan masyarakat menjadi statis dan cenderung tidak berkembang dan terancam punah. Sedangkan jika seluruh kegiatan pendidikan diarahkan pada penciptaan nilai-nilai baru, kehidupan masyarakat menjadi dinamis dan cenderung mengalami perubahan pesat, dan pada gilirannya justru bisa merusak tata kehidupan masyarakat itu sendiri.
            Dari aspek sosial budaya, dapat disimpulkan dan dinilai bahwa dalam hubungannya dengan kebudayaan, eksistensi pendidikan yang menjadi persoalan seluruh eksistensi manusia menjadi lebih jelas. Oleh sebab itu, seharusnya isi pendidikan meliputi seluruh aspek lingkungan di mana manusia hidup. Begitu juga proses pendidikan, tidak harus terbatas pada pendidikan sekolah saja, melainkan perlu dikembangkan di setiap lingkungan sosial di mana manusia berada. Pendidikan berproses secara berkelanjutan mulai dari kehidupan keluarga, lembaga sekolah, dan di lingkungan masyarakat luas. Pada hakikatnya, dimana ada manusia dan masyarakatnya, di situ perlu diselenggarakan pendidikan.


6.LANDASAN HUKUM
Landasan berfikir,berkarya,berpendapat adalah sifat hakikat  keberadaan manusia dan menjadi sumber kuat buat sebuah kemajuan. Namun jika kebebasan seprti ini tidak dibatasi akan merusak kemajuan kehidupan itu sendiri.oleh sebab itu didalam kehidupan manusia sebagai makhluk sosial yang hidup bermasyarakat diperlukan adanya hukum.jadi fungsi hukum didalam masyarakat untuk mengawal kemajuan kehidupan dan huku sebagai penyeimbang antara hak dan kewajiban manusia didalam kehidupan bermasyarakat.begitu pula didalam pendidikan hukum digunakan sebagai pengawal untuk mencapai kemajuan pendidikan dan tujuan yang telah ditentukan.
            Hukum yang dimaksut adalah segala jenis aturanyang harus kita taati untuk mencapai tujuan.Sementara itu hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut ditaati.Aturan baku yang sudah disahkan pemerintah apabila tidak ditaati akan mendapat sanksi seperti aturan yang ada.namun hukum tersebut tidak semuanya tertulis melainkan juga ada yang secara implisit dan dialami hidup didalam masyarakat dalam bentuk adat istiadat,norma-norma yang berlaku dimasyarakat,kepercayaan,atau hidup keagamaan.
A.Pendidikan menurut Undang-Undang Dasar 1945
undang- undang ini merupakan sumber hukum tertinggidi indonesia dan tidak dapat dirubah isinya.bahkan didalam alenia ke-4 UUD 19945 terdapat tujuan pendidikan yaitu mencerdasan kehidupan bangsa.Dengan demikian bangsa indonesia dengan tegas peduli terhadap masyarakatnya tentang pentingnya sebuah pendidikan.Oleh sebab itu,negara wajib melaksanakan pendidikan nasional yang diatur didalam pasal 31 dan 32 UUD 1945.Pasal 31 ayat 1yang berbuunyi,”Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran”. Sedangkan ayat 2 berbunyi,”Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan gerakan suatu sistim pengajaran nasional,yang diatur dengan undang-undang.”
Pasal-tersebut mengandung arti bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan sebuah pendidikan,jika tidak berhak menuntut oemerintah dengan undang-undang tersebut.Namun begitu pula sebaliknya jika warga negara tidak mau melaksanakan kewajiban pendidikannya maka negara berhak memberi sanksi hukum terhadap warga negara tersebut. Sedangkan pasal 32 berbunyi,”Pemerintah memajukan kebudayaan nasional indonesia.” Sebab kebudayaan dan pendidikan mempunyai hubungan yang sangat erat.Karena kebudayaan adalah hasil budidaya manusia jadi apabila pendidikan maju kebudayaan pun juga akan maju.
B.Undang-undang RI Nomor 2 Tahun 1989 tentang Pendidikan Nasional
Undang-undang ini paling banyak membicarakan pendidikan jika dibandingkan dengan peraturan perundang-undangan RI lainya,karena undang-undang ini bisa disebut peraturan perundang-undangan pendidikan.undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya,jadi segala sesuatu bertalian dengan pendidikan mulai dari persekolahan sampai perguruan tinggi ditentukan dalam undang-undang ini.
Namun disini tidak smua pasal akan kami bahas,hanya pasal-pasal penting dan terutama yang membutuhkan penjelasan mendalam dan menjadi acuan untuk mengembangkan pendidikan.  Pasal-pasalnya antara lain,pasal 1 ayat 2  dan ayat 7. Ayat 2 berbunyisebagai berikut:  pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar kepada kebudayaan bangsa indonesia dan yang berdasarkan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Berarti undang-undang ini mengharuskan pendidikan berakar dari kebudayaan bangsa indonesia yang berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 dan pancasila.
 Tetapi kenyataannya saat ini kita belum mempunyai teori-teori yang khas sesuai dengan kebudayaan bangsa ini. Teori pendidikan  kita masih dalam proses pengembangan(sanusi,1989). Saat ini kita masih mencontoh teori-teori dari luar negeri kemudihan diterapkan disini bahkan teori-teori tersebut tidak dilakukan penelitian didalam negeri terlebih dahulu singga kebanyakan langsung diterapkan begitu saja,sehingga tidak bisa sesuai dengan karakter budaya bangsa indonesia.
Dengan demikian teori-teori kita belum sesuai dengan harapan yang tercantum didalam undang-undang pendidikan kita. Oleh sebab itu kondisi seperti ini menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh kita,terutama tantangan terhadap para ahli untuk menemukan teori yang sesuai dengan bangsa ini. Memang tidak mudah dan tidak singkat namun jika ditekuni dengan terus diteliti secara sabar suatu saat pasti akan tertemukan teori-teori  yang sesuai dengan bangsa ini.
Kemudian,Pasal  1 ayat  7 berbunyi:Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dalam penyelenggaraan pendidikan. Menurut ayat ini yang berhak menjadi tenaga pendidikan ialah setiap anggota masyarakat yang mengabdikan dirinya menjadi tenaga kependidikan. Sedangkan yang dimaksut didalam tenaga kependidikan tertera dalam Pasal 27  ayat 2,yang isinya adalah tenaga kependidikan mencakup tenaga pendidik,pengelola/kepala lembaga pendidikan,penilik/pengawas,peneliti,dan pengembang pendidikan,pustakawan,laboran,dan teknisi sumber pendidikan.     
            Dari macam-macam tenaga pendidikan tersebut yang sudah jelas kedudukan dan wewenangnya baik karena keahlian atau surat yang diterimanya yaitu penilik,pengawas,peneliti dan pengembang pendidikan,pustakawan,laboran,dan teknisi sumber belajar. Sedangkan tega pendidik dan tenaga pengelola sudah jelas surat pengangkatannya    namun sebagian lagi juga ada yang belum jelas karena kebanyakan mereka  pendidik atau pengelola diluar jalur pendidikan sekolah,baik pendidikan keluarga maupun pendidikan masyarakat. Namun secara hukum mereka termasuk mengabdikan diri terhadap dunia pendidikan. Yang paling penting adalah mengabdikakn diri untuk sebuah kemajuan pendidikan adalah perbuatan yang sangat mulia.

7.LANDASAN EKONOMI
Pada zaman modern seperti ini kebanyakan manusia mengangsumsikan kebutuhan ekonomi lebih pennting dari pada kebutuhan rohani,sehingga membuat ekonomi mendapat perhatoan secara besar. Jarang yang meningkatkan spiritual melainkan lebih cenderung meningkatkan ekonominya. Pada intinya mereka ingin hidup enak dengan kebutuhan ekonomi perpenuhi.
Ekonomi menjadi kebutuhan dasar manusia sehingga smua golongan dari orang kaya sampai yang miskin memerlukan ekonomi walaupun tingkat kebutuhan mereka berbeda. Dengan demikian pembahasan ekonomi tidak  hanya membahas orang kaya saja melainkan untuk smua orang. Termasuk orang dan dunia pendidikan yang ditekuni nya.
Peran Ekonomi dalam Pendidikan
Dunia sekarang tidak disibukkan hanya masalah politik dan pertentangan melainkan kebutuhan dan pertumbuhan ekonomi slalu ditingkatkan,untuk menunjang itu maka pendidikan diperkuat karakterny sehingga kelak akan berdampak pada kemajuan ekonomi masa yang akan datang. Dengan tuntutan inilah  pemerintah menguatkan pembangunan dibidang ekonomi yaitu dengan munculnya Berbagai usaha baru,pabrik-pabrik baru,badan-badan perdagangan baru dan jasa-jasa baru.
Pengembangan dalam ekonomi makro berpengaruh pula pada dunia pendidikan.banyak orang kaya yang mengadopsi anak angkat dari orang tidak mampu kebutuhan ekonominya sehingga mereka mendapat sekolah dengan baik dan sesuai dengan program pemerintah 9 tahun wajib belajar. Namun juga masih banyak orang kaya yang tidak mempedulikan nasib pendidikan,mereka acuh tak acuh melihat realita kehidupan disekitarnya. Tetapi dengan adanya orang kaya yang mau berbagi turut menopang pendidikan dinegeri ini untuk menjadi lebih baik.
Perkembangan selanjutnya sangat menggembirakan adalah terjadinya pendidikan sistem ganda. Pendidikan ini adalah kerja sama antara pemerintah atau sekolah dengan pengusaha-pengusaha  untuk menrima siswa-siswa nya menjalani praktek kerja lapangan sehingga mereka mampu kreatif inovatif dan yang paling penting mendapatkan pengalaman belajar yang sesungguhnya. Karena peralatan yang disediakan sekolah masih minim sehingga kerja sama seperti ini sangat membantu perkembangan pendidikan itu sendiri.
Namun tidak hanya perkembangan diatas saja karena masih ada perkembangan yang sangat menggembirakan yaitu bermunculan sekolah-sekolah unggulan yang dibuat oleh para pengusaha. Berarti pengusaha-pengusaha ini sangat mempedulikan pendidikan sehingga mereka mau menyisihkan sebagian hartanya untuk membangun sekolah-sekolah yang bermutu unggul. Mereka pun juga menyiapkan fasilitas pendukung pendidikan yang lebih lengkap dibandingkan sekolah negeri bahkan tenaga pengajarnya pun lebih mumpuni karena mereka mau membayar tenaga pengajar dengan gaji yang relatif besar.
Berbicara tentang lulusan sekolah unggul,Buchori(1996) menulis tentang arah sekolah-sekolah seperti ini diluar negeri sebagai berikut:
1.      Untuk membuat para siswa mencintai prestasi tinggi.
2.      Mau dan bisa bekerja secara sempurna
3.      Memiliki etos kerja dan membenci kerja setengah-setengah
4.      Keseimbangan pengembangan jasmani dan rohani ,keseimbangan penguasaan pengetahuan mas sekarang dengan pengetahuan masa lampau.
Jadi intinya tujuan pendidikan ini adalah membentuk mental yang positip atau cinta terhadap prestasi ,cara kerja dan hasil kerja yang sempurna. Tidak menolak pekerjaan kasar,menyadari akan kehidupan yang kurang beruntung  dan mampu hidup dalam keadaan apapun.
Setelah membicarakan teori makro selanjutnya kita akan membicarakan secara mikro.  Pada umumnya orang mengatakan seorang dikatakan meningkat atau menurun tingkat kehidupan nya di lihat dari ekonominya,jarang dilihat dari tingkatan kerohaniannya. Dengan demikian tak perlu dipungkiri bahwa manusia kebanyakan ekonomi menjadi peranan penting dalam kehidupannya. Bahkan ada yang nekad menggunakan cara-cara yang dilarang agama pun di tempuh demi meningkatnya ekonomi,sperti: mencopet(kriminalitas),pergi kedukun mencari pesugihan,mencurangi perdagangan,dan lain-lain.
Tidak hanya kehidupan bahkan ekonomi pun juga merambah kedua pendidikan,yaitu sekolah-sekolah bahkan perguruan tinggi pun juga sangat ditentukan ekonominya. Perguruan tinggi atu sekolah yang kaya akan leluasa bergerak mencukupi kebutuhan ekonominya sehingga sarana dan prasarana pun terjamin mutunya,sedangkan sekolah atau perguruan tinggi yang miskin akan sulit bergerak sehingga tidak bisa leluasa mencukupi kebutuhan sarana dan prasarana jadi berdampak kemajuan sekolahan tersebut.
FUNGSI PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN
            Fungsi produksi adalah hubungan antara output dengan input. Jadi suatu organisasi pendidikan dikatakan produktif kalau paling sedikit memiliki keseimbangan antara output dan input. Menurut Thomas fungsi produksi dibagi  menjadi 3 macam,yaitu:fungsi produksi administrator,fungsi produksi psikologi dan fungsi produksi ekonomi.
Pada fungsi produksi  administrator yang dipandang input adalah segala seuatu yang disebut wahana dan proses pendidikan. Input yang dimaksut adalah :
1.      Prasarana dan sarana belajar,termasuk ruang kelas.  Penilaian untuk dapat diuangkan  adalah atas dasar luas dan kualitas bangunan.
2.      Perlengkapan belajar ,media,dan alat peraga baik didalam kelas maupun dilaburatorium, yang juga dihitung harganya dalam bentuk uang.
3.      Buku-buku dan bentuk material lainya seperti film,disket,dan sebagainya,juga dapat diuangkan.
4.      Barang-barang habis pakai seperti zat-zat kimia di laboratorium,kapur,kertas,alat tulis,dan sebagainya dihitung dalam wujud uang.
5.      Waktu guru bekerja dan personalia lainya yang dipakai dalam memproses peserta didik,yang juga dinilai dengan uang.

Kelima jenis tersebut  sudah dinilai dalam bentuk uang kemudian dijumlahkan.
            Sementara itu output adalah berbagai bentuk layanan dalam memproses peserta didik. Layanan layanan ini dihitung lewat sistem kredit semester atau SKS dan lama peserta didik belajar. Kedua dalam bentuk uang.
            Dengan demikian input maupun out put pada fungsi administrator ini dapat dihitung dengan uang. Biaya input akan dibayar oleh lembaga sedangkan output akan dibayar oleh peserta didik.
            Selanjutnya adalah fungsi yang kedua yaitu fungsi produksi psikolog. Input produksi ini sama dengan input administrator namun outpunya berbeda. Output fungsi prodiksi psokologi adalah smua hasil siswa yang mencakup:
1.      Peningkatan kepribadian
2.      Pengarahan dan pembentukan sikap
3.      Penguatan kemauan
4.      Peningkatan estetika
5.      Penambahan pengetahuan ,ilmu,dan teknologi.
6.      Peningkatan keterampilan
7.      Penajaman pikiran

Suatu lembaga pendidikan kalau dipandang berhasil apabila harga inputnya sama atau harga outputnya lebih besar dari harga inputnya.
FUNGSI PRODUKSI DALAM PENDIDIKAN    
Sama dengan yang terdahulu,fungsi pruduksi ini pun akan dipandang baik apabila harga inputnya sama atu lebih kecil dari harga otputnya. Input fungsi produksi ini adalah sebagai berikut:
1.      Semua biaya pendidikan seperti pada input fungsi produksi administrator.
2.      Semua uang yang dikeluarkan secara pribadi untuk keperluan pendidikan seperti halnya uang saku,transportasi,menbeli buku,alat-alat tulis ,dan lain sebagainya selama belajar atau kuliah.
3.      Uang yang mungkin diperoleh lewat bekerja selama belajar atau kuliah, tetapi tidak didapat sebab waktu tersebut dipakai untuk belajar atau kuliah. Uang sperti ini biasanya disebut opportunity cost.
Sementara itu yang menjadi out putnya adalah tambahan penghasilan peserta didik  kalau sudah tamat atau bekerja. Namun apabila belum pernah bekerja maka yang menjadi outputnya gaji yang diterima setelah tamat dan bekerja.
            Fungsi produksi ekonomi ini sangat bertalian erat dengan marketing didunia pendidikan. Karena jaman sekarang realita pada masyarakat mereka yang sekolah setelah lulus ingin bekerja meningkatkan taraf hidupnya. Tujuan belajar atau studi mereka adalah untuk mencari uang atau meningkatkan penghasilan.
            Marketing adalah analisis, perencanaan, implementasi, dan pengawasan untuk memberikan perubahan nilai, dengan target pasar, sebagai tujuan lembaga pendidikan(kotler,1985). Marketing mencakup :1.Mendesain penawaran,2.Menentukan kebutuhan atau keinginan pasar dalam hal ini calon peserta didik,3.Menentukan harga efektik ,mengadakan komunikasi,distribusi,dan meningkatkan motivasi serta layanan.
Keuntungan marketing ada beberapa hal termasuk kelemahan dalam sistem marketing ini. Keuntunganya adalah:
1.      Misi pendidikan terselenggara secara lebih sukses,sebab diisi dengan program yang menarik
2.      Kepuasan masyarakat ditingkatkan.
3.      Meningkatkan daya terhadap petugas ,peserta didik,dana,donator,dan sebagainya.
4.      Meningkatkan efesiensi kegiatan pemasaran

Sedangkan kelemahannya antara lain:
1.      Cenderung lembaga pendidikan menjadi usaha dagang untuk mendapatkan keuntungan uang.
2.      Idialisme pendidikan cenderung diabaikan.
Namun jika lembaga pendidikan ini melaksanakan marketing hanya terbatas hanya untuk bisa meningkatkanpendaftaran calon dan untuk  menutupi kebutuhan-kebutuhan pendidikan yang lain dengan tidak meninggalkan idialisme sebagai lembaga pendidikan,hal ini masih bisa diterima.
FUNGSI EKONOMI PENDIDIKAN
 Fungsi ekonomi pendidikan adalah untuk menunjang kelancaran proses pendidikan. Bukan merupakan modal untuk dikembangkan,bukan untuk mendapatkan keuntungan.
Ada  3 macam perencanaan biaya pendidikansebagai berikut:
1.      Perencanaan secara tradisional,yaitu dengan menentukan macam-macam kegiatan pendidikan,kemudian masing-masing kegiatan ditentukan biayanya.
2.      SP4 (Sistem Perencanaan Penyusunan Program dan Penganggaran). Pengaturan jenis-jenis kegiatan dilakukan secara sistem, atau lembaga pendidikan dipandang sebagai sistem dari segi pembiayaan. Alokasi dana disusun atas dasar realita, dan semua kegiatan diorientasikan kepada pencapaian tujuan pendidikan. Anggaran tahun lalu menjadi umpan balik bagi anggaran tahun ini.
3.      ZBB (Zero Base Budgeting). Hanya direncanakan untuk anggaran satu tahun. Tiap-tiap kegiatan ditentukan biaya minimum, beberapa kegiatan dapat diberikan tambahan biaya atas dasar pertimbangan tertentu.
     Simpulan ekonomi pendidikan ini sebagai berikut;
1.      Ekonomi pendidikan memegang peran cukup penting,walaupun bukan yang terpenting dalam menyukseskan misi pendidikan.
2.      Fungsi ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang kelancaran  prose pendidikan dan sebagai materi pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi.
3.      Sumber dana pendidikan selain dari pemerintas atau yayasan dan masyarakat ,lembaga pendidikan masih bisa menggali sumber-sumber lain sebanyak mungkin.
4.      Dana pendidikan perlu dikelola secara profesional,pada umumnya dengan SP4,dan dipertanggungjawabkan dengan bukti-bukti yang sah.
EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS DANA PENDIDIKAN
            Yang dimaksud dengan efesiensi dalam menggunakan dana pendidikan adalah penggunaan dana yang harganya sesuai atau lebih kecil dari  pada produksi dan layanan pendidikan yang telah direncanakan. Atau secara lebih luas biaya pendidikan lebih kecil dari pada produksi pendidikan bila smuanya dapat diuangkan. Fungsi produksi diciptakan orang dengan salah satu tujuannyaadalah juga untuk mendapatkan efesiensi pendidikan.
            Menurut Carpenter(1972) mengemukakan prinsip umum menilai efektiftivitas sebagai berikut:
1.      Menilai efektivitas adalah berkaitan dengan problem tujuan dan alat memproses inputuntuk mencadi output.
2.      Sistem yang dibandingkan harus sama,kecuai alat pemrosesnya
3.      Mempertimbangkan smua output utama.
4.      Korelasi diharapkan bersikap  kausalitas.


8. LANDASAN ILMIAH DAN TEKNOLOGI
            A. Landasan Teknologi
Menurut Komisi definisi dan terminologi The Association for Educational Communication and Technology atau AECT, 1972, menyatakan bahwa teknologi pendidikan adalah suatu bidang yang berkepentingan dengan memfasilitasi belajar pada manusia, melalui usaha sisematik dalam identifikasi, pengembangan, pengorganisasian dan pemanfaatan berbagai macam sumber belajar serta dengan pengelolaan atas keseluruhan proses tersebut. Dengan demikian, maka teknologi pendidikan sebagai suatu bidang keilmuan dan memiliki kepentingan untuk memfasilitasi belajar pada manusia dengan menggunakan suatu sistem. Teknologi pendidikan dinyatakan sebagai suatu bidang keilmuan, karena pada tahun 1976 di Indonesia sudah menjadi suatu program studi baik untuk jenjang S1; dan pada tahun 1978 ditingkatkan pada jenjang S2; dan S3
Teknologi pendidikan merupakan suatu bidang kajian khusus ( spesialisasi) ilmu pendidikan dengan objek forma ”belajar” pada manusia secara pribadi atau yang tergabung dalam suatu organisasi. Setiap bidang kajian hanya dapat berkembang bilamana didukung oleh pengkajian ilmiah yang dilakukan secara terus-menerus. Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak terlepas dari (Miarso, 2009: 199):
  1. Falsafah dan landasan ilmiah yang menunjang keberadaan dan perkembangannya
  2. Unsur-unsur dasar yang membentuknya
  3. Arah perkembangannya serta kegunaannya
B. Landasan Ilmiah
Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek forma “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok yang memiliki pola pendekatan isomeristik, sistematik dan sistemik.
a. Isomeristik:yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna
b. Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu dan    runtut.
c. Sistemik: dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif.

Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta bidang penelitiannya ada beberapa paham seperti berikut ini (Miarso, 2009: 199)
(a)    A.A Lumsidaine (1964)  teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari ilmu dan saint dasar, yaitu:
1)      ilmu fisika
2)      rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik
3)      teknologi komunikasi & telekomunikasi
4)      ilmu perilaku
5)      ilmu komunikasi
6)      ilmu ekonomi
(b)   Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi fondasi teknologi pendidikan
1)      ilmu perilaku
2)      ilmu komunikasi
3)      ilmu manajemen
(c)    Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan. Disiplin yang memberikan kontribusi adalah :
1)      basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan menajemen
2)      related contributing field : psikologi persepsi, prikologi kognisi, psikologi sosial, media, sistem dan penilaian kebutuhan.
(d)   Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi:
1)      psikologi
2)      rekayasa
3)      komunikasi
4)      ilmu computer
5)      bisnis
         6)      pendidikan
Eichelberger (dalam Miarso, 2009: 211) membedakan tiga paradigma filsafat yang melandasi metodologi pengetahuan, yakni positivistik, fenomenologik dan hermeunetik. Penganut filsafat positivistik berpendapat bahwa keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur. Filsafat fenomenologik berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja ( intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan keluar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna. Sedangkan filsafat hermeunetik berusaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. Berikut perbandingan tiga landasan epistimologik penelitian:
POSITIVISTIK
FENOMENOLOGIK
HERMEUNETIK
Analitik
Holistik
Sintetik
Nomotetik
Ideografik
Interpretatik
Deduktif
Induktif
Sinkretik
Laboratorik
Empirik
Empatik
Pembuktian dengan logika
Pengukuhan pengalaman
Penafsiran tidak memihak
Kebenaran universal
Kebenaran bersifat unik
Kebenaran yang diterima
Bebas nilai
Tidak bebas nilai
Tidak bebas nilai

Menurut Creswell, Denzin & Lincoln (Miarso, 2009) di katakan bahwa ada 2 pembagian penelitian dalam teknologi pendidikan yaitu positivistik dan pascapostivistik atau fenomenologik. Pendekatan positivistic dilakukan dalam pendekatan ilmu-ilmu eksakta dengan menggunakan pola statistik, yang didalamnya terdapat variable yang dikontrol, pengacakan sampel, pengujian validitas dan realiabelitas instrument, dan ditujukan pada genaralisasi sample ke dalam populasi. Sedangkan pendekatan atau penelitian pascapositivistik/fenomenologi berakar pada penelitian sosial seperti bidang etnografi, studi kasus, studi naturalistik, sejarah, biografi, dan teori membumi (grounded theory) dan studi deskriptif. (Miarso, 2009:209)
Landasan falsafah Penelitian teknologi pendidikan, terdiri atas 3 komponen seperti yang diungkapkan oleh Suriasumantri dalam Miarso. Ada 3 jenis komponen dalam teknologi pendidikan yaitu: ontology (apa), epistemology (bagaimana) dan aksiologi (untuk apa).
  • Ontologi : merupakan bidang kajian ilmu itu apa, jika teknologi pendidikan sebagai ilmu maka bidang kajiannya itu apa
  • Estimologi : Pendekatan yang digunakan dalam suatu ilmu
  • Aksiologi : Menelaah tentang nilai guna, baik secara umum maunpun secara khusus, baik secara kasad mata maupun secara abstrak.
Yang menjadi kajian dalam penelitian teknologi pendidikan menjadikan beberapa perkembangan dalam bidang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh Ashby( dalam Fadli, 2010) yaitu adanya revolusi dalam bidang pendidikan, yakni:
·         Revolusi I: Pada saat orang tua menyerahkan tanggung jawab pendidikan anak-anaknya kepada oran lain. Orang lain tersebut diserahi untuk melaksanakan pendidikan anak-anaknya. Sebelumnya orang-orang melaksanakan pendidikan anak-anaknya sendiri-sendiri atau mengajar anak-anak sendiri tidak memberikan kepada orang lain, hampir semua keluarga mendidik anak-anaknya dalam keluarga sendiri. Pendidikan yang dilakukan secara individual.
·         Revolusi II : Ada suatu lembaga guru, jadi pada tahapan ini ada lembaga pendidikan formal. Tidak seperti sebelumnya belum ada lembaga resmi yang ada sehingga pendidikan dilaksakan orang per orang. Dalam lembaga ada aturan-aturan yang diberlakukan, contohnya untuk masuk SR usianya 6 tahun dan lain-lain. Dalam revoluasi ini guru dianggap sangat penting segala sesuatu dianggap diketahui oleh guru, dan guru dipandang memiliki pengetahuan yang lebih dari orang lain. Sehingga lembaga ini memiliki kedudukan yang tinggi di masyarakat.
·         Revolusi III : Disebabkan oleh ditemukannya mesin cetak, cetak secara manual dilakukan oleh Cina, dan cetak dengan menggunakan mesin cetak dilakukan oleh Eropa (Prancis). Dengan mesin cetak maka pengetahuan tidak hanya diperoleh dari guru tetapi dapat diperoleh dari hasil cetakan seperti: buku, majalah, koran dan lain-lain. Pada revolusi ke-3 ini peran guru sudah mengalami pengurangan. Revolusi ke-3 sampai dengan saat ini masih terjadi
·         Revolusi IV : Disebabkan oleh berkembangnya bidang elektronik sepeti telpon, tv, komputer, internet dimana guru tidak dapat lagi untuk mengontrolnya. Atau minimal peran guru berkurang, dan guru tidak dapat mengklaim dirinya sebagai.
 Pengkajian ilmiah dalam teknologi pendidikan tidak hanya mempersoalkan unsur-unsur yang terkandung dalam objek formal, yaitu belajar, melainkan juga dalam pendekatannya yaitu teknik intelektual atau tata cara ilmiah yang digunakan dalam mencari pembenaran atas objek yang dipermasalahkan. Menurut Miarso (2009) penelitian yang berkaitan dengan media sendiri telah berlangsung dalam lima fase, dan dalam lima fase tersebut mempermasalahkan tentang:
1.       apakah pengajaran dengan media ada hasilnya
2.       seberapa besar hasil pengajaran dengan media
3.       dalam kondisi bagaimana dapat diperoleh hasil yang terbaik dari media
4.       siapa saja yang akan memperoleh manfaat dari media
5.       karakteristik pembelajar (learner) seperti apa, dalam kondisi dan situasi bagaimana dapat diperoleh manfaat maksimal dari media.
Sebagai cabang ilmu baru maka teknologi pendidikan harus memiliki kawasan tersendiri dalam penelitian sehingga dapat memperkokoh landasan atau dasar ilmu tersebut. Secara garis besar penelitian teknologi pendidikan meliput empat komponen seperti yang diungkapkan oleh Sells dan Richey (Miarso,2009). Perkembangan landasan ilmiah tersebut jelas bersifat elektik, yaitu berasal dari berbagai sumber dan ditinjau dari berbagai segi atau sudut pandang. Pandangan elektik ini telah menghasilkan serangkaian perkembangan dalam pengertian atau definisi teknologi pendidikan. Dalam definisi ini terdapat empat komponen, yaitu:
1.       riset dan teori
2.       desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian
3.       proses, sumber dan sistem
4.       belajar
Pada poin kedua di atas merupakan kawasan penelitian pendididikan, dimana hal tersebut merupakan kawasan penelitian pendidikan. Definisi dan perkembangan landasan ilmiah ini telah membentuk landasan ilmiah tersendiri berupa teori, model, konsep, prinsip, proporsi dan prosedur yang merupakan ciri unik teknologi pendidikan. Perkembangan ini juga meliputi nama yang kemudian menjadi “teknologi pembelajaran”, hal ini untuk menegaskan fokus penggarapan, yaitu masalah “belajar” yang bertujuan (terarah) dan disengaja. Adapun penulisan karya ilmiah penelitian memiliki karakteristik, yakni :

1.       Memecahkan masalah/ menjawab pertanyaan
2.       Terencana
3.       Sistematik
4.       Etis
5.       Logis
Sedangkan perkembangan suatu ilmu dapat digambarkan dengan diagram pohon berikut ini (Gephart, 1972, dalam Miarso, 2009: 206)




















BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN

1.       Landasan Agama, yang didasarkan pada al-qur’an dan al-hadits
2.       Landasan Filosofis, yaitu berdasarkan dengan filsafat-filsafat.
3.       Landasan Psikologis, berasal dari hukum-hukum dasar perkembangan peserta didik.
4.       Landasan Historis, berasal dari cita–cita dan praktek-praktek pendidikan yang terjadi pada masa lampau.
5.       Landasan Sosiologis Budaya, yaitu yang mengandung norma dasar pendidikan yang bersumber dari norma
6.       Landasan Hukum, yang didasarkan pada Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 dan 32
7.       Landasan Ekonomi, Fungsi ekonomi pendidikan adalah sebagai penunjang kelancaran  prose pendidikan dan sebagai materi pelajaran untuk membentuk manusia ekonomi.
8.        Landasan Ilmiah dan Teknologi, bersumber dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mengikat dan mengharuskan pelaksana pendidikan untuk menerapkannya dalam usaha pendidikan.















DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Abu dan Tri Prasetyo Joko. (1997). Strategi Belajar Mengajar. Bandung :                                 Balai Pustaka Setia.

Depdiknas. (2001) Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

Jalaludin. (2004) Psikologi Agama, Jakarta : Rajawali Pres.

Pidarta, Made. (2007) Landasan Kependidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Suhartono, Suparlan. (2008). Wawasan Pendidikan. Jogjakarta : Ar-Ruzz Media










Tidak ada komentar:

Posting Komentar