efek daun

Minggu, 26 Mei 2013

Pahlawan Berwajah Buruk Yang Namanya Harum Sampai Ke Langit


Allah SWT . tidak pernah membeda-bedakan diantara hamba-hamba-Nya. Orang miskin atau kaya; kafir atau muslim; ganteng atau jelek, cantik atau buruk rupanya, kemuliaan-Nya. Kasih sayang Tuhan meliputi semua lapisan; ke segala penjuru langit dan bumi.

Allah hanya membedakan di antara hamba-hamba-Nya pada tingkatan iman dan taqwa. Orang yang rajin beribadah kepada Tuhan walaupun berwajah buruk akan masuk surga. Sebaliknya, walaupun wajahnya ganteng seperti Nabi Yusuf sekalipun, tapi kalau tidak pernah beribadah kepada Tuhan, akan dimasukkan ke dalam neraka.
Nabi SAW. pernah bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada bentuk fisikmu dan harta bendamu. Akan tetapi yang dilihat Allah adalah hanya pada hatimu.” Artinya, sejauh mana keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, itulah yang menjadi penilaian kia kelak: masuk surga atau neraka.
Banyak sekali kisah yang pernah kita dengar tentang kenyataan diatas. Qarun dan Fir’aun misalnya, adalah termasuk orang-orang kaya, tapi mereka berdua membangkang terhadap ajaran Nabi Musa a.s untuk menyembah Allah semata. Akhirnya, mereka berdua dimasukkan ke dalam neraka. Kita juga melihat bagaimana kehidupan miskin Ahl a-shuf (sahabat Nabi yang yang berpakaian domba) pada zaman Nabi dulu, yang hidupnya hanya diabdikan untuk beribadah kepada Tuhan, akhirnya mereka masuk kepada golongan yang akan mendiami surga kelak. Dan kisah kisah serupa masih sangat banyak, namun lembaran kertas ini belum bisa untuk menampungnya.
Kisah di bawah ini adalah tentang seorang yang berwajah buruk, dekil, dan miskin. Walaupun begitu, ia tidak pernah alfa dalam beribadah kepada Tuhan. Hidupnya hanya diabdikan untuk jalan Allah swt dan Rasul-Nya. Dia juga tidak melakukan perbuatan cela yang mengakibatkannya dijauhi dari kehidupan masyarakat. Sahabat-sahabatnya banyak yang menyukai kepribadiannya itu. Sampai suatu saat ajal telah menjemputnya. Karena luka-lukanya yang parah dalam suatu peperangan dahsyat membela Islam. Dia pergi meninggalkan namanya yang harum.
Kisahnya begini, sebut saja namanya Fulan. Dia memang mempunyai wajah yang sangat buruk, kutilnya berwarna gelap, hidungnya besar. Walaupun begitu, kekurangan fisik ini tidak membuatnya patah semangat untuk memuji Tuhan. Dia termasuk sangat rajin dalam beribadah kepada-Nya. Shalat malam hampir setiap malam dilakukannya. Puasa sunnah juga kerap kali dilakukannya. Dalam menjalankan ibadah, si Fulan sama sekali tidak pernah mengeluh. Dia hanya khawatir, apakah dengan keadaanya yang jelek ini nanti dirinya bisa masuk surga?
Kekhawatiran ini kemudian disampaikannya kepada Nabi. “Ya Rasulullah, apakah dengan tampang jelek ini saya boleh masuk surga?” tanya Fulan.
Dengan penuh kasih sayang, beliau menjawab, “sudah tentu tidak ada halangan bagimu, asalkan ibadahmu tekun dan ikhlas. Lantaran di hadapan Tuhan, semua manusia sederajat. Yang paling mulia adalah yang paling taqwa kepada-Nya.”
Setelah mendapatkan penjelasan Rasul, wajah si Fulan tiba-tiba  berubah menjadi cerah dan riang gembira. Namun, selang beberapa waktu si Fulan mengadu lagi.
“Ya Rasulullah, saya menyukai seorang wanita cantik, putri dari sahabat Anshar. Pinanglah dia untuk saya,”minta Fulan.
Sejenak nabi tertegun. Namun kemudian beliau berkata, “begini saja caranya. Kau datangilah orang tua gadis itu mewakili saya dalam rangka meminang putrinya untukmu. Setuju?”
Pemuda itu mengangguk. Buru-buru ia menghadap ayah gadis yang di dambakannya itu. Dengan polos ia berkata, maaf, Tuan. Saya diutus Rasulullah untuk melamar putri Tuan.
Sahabat itu amat gembira. “Rasulullah menyuruhmu melamar putriku? Sungguh hal itu merupakan kehormatan bagi seluruh keluargaku. Katakan kepada Rasulullah kuterima pinangannya.”
“Maksud Rasulullah, ia melamar putri Tuan untuk menjadi istri saya,” jawab pemuda itu membetulkan maksudnya.
Tiba-tiba ayah gadis tersebut marah bukan kepalang, sebab merasa telah dipermainkan oleh pemuda itu.
“Tak tahu diuntung. Wajah sepertimu berani-beraninya melamar putriku.”
Maka pemuda itu bagaikan diusir keluar. Ia lekas-lekas memohon diri dan berlari dengan duka cita. Berjuta kekecewaan menghuni perasaannya.
Rupanya, putri dari sahabat Anshar tersebut diam-diam mendengar pembicaraan ayahnya dengan si pemuda itu. Putri itu kemudian menegur, “Mengapa ayah menampik lamaran Rasulullah?”
“Engkau dipinang untuk menjadi istri pemudaa tadi, Sayang,” sanggah sang ayah membela diri.
“Bagaimana pun yang melamar saya adalah Rasulullah, entah untuk menjadi istri siapa.
Dan saya menyukai pemuda itu, Ayah. Saya bersedia menjadi istrinya.”
Ayah si gadis menyesal dan malu bukan main. Alangkah piciknya pikiranku, gumam orang tua itu. Mengapa aku berani menolak permintaan Rasulullah?
Maka buru-buru ia menghadap Rasulullah yang kala itu tengah berusaha meredakan kesedihan dan kekecewaan pemuda bertampang buruk itu. Rasulullah menyambut kedatangan orang tua itu seraya bertanya,”Bagaimana keputusanmu sekarang?”
Seolah telah di tebak maksud kehadirannya, orang tua itu menjawab, ”Saya terima anak muda ini sebagai calon menantu saya. Tapi dengan syarat, mas kawinnya nanti 700 dirham.”
Sesudah ayah si gadis pulang, pemuda itu malah makin kebingungan, bukannya gembira atau bersuka cita.
“Kenapa engkau bahkan bermuram durja sesudah kau dengar sendiri lamaranmu diterima?”
“Saya pemuda miskin, dari mana saya memperoleh 700 dirham untuk mas kawin?”
Rasulullah tersenyum, kemudian beliau bersabda, “Datangilah tiga orang sahabatku, Abu Bakar, Utsman, dan Abdurrahman bin Auf. Katakan, engkau membutuhkan mas kawin, dan aku yang menyuruhmu.”
Dengan patuh pemuda itu melakukan yang diperintahkan Junjungannya. Alhamdulillah, dari ketiga sahabat tersebut ia memperoleh 900 dirham, lebih 200 dari yang diperlukannya. Ia pun segera berbelanja bagi kepentingan perkawinannya, selain yang 700 dirham untuk mahar. Tetapi, baru saja barang-barang yang dibelinya diserahkan ke rumah sang gadis idaman, terdengarlah seruan-seruan di kota Madinah. “Al-Jihad, Al-Jihad. Perang suci, perang suci.”
Pengumuman itu memberitahukan, bahwa umat Islam diminta ikut serta berjihad menghadapi serbuan musuh menuju Bukit Uhud.
Pemuda itu urung menyimpan uang 700 dirham yang semula akan dipergunakannya sebagai mahar. Ia malah menghabiskannya untuk membeli kuda dan senjata. Kemudian ia melompat kepunggung kudanya dan bertolak menyusul tentara yang sudah berada dalam perjalanan menuju medan laga. Pada akhir pertempuran yang dahsyat itu, pemuda bertampang buruk tersebut gugur terkena senjata musuh. Namanya harum, dan langit bagaikan bertabur bunga-bunga menyambut arwahnya.
Demikian kisah sejati seorang syuhada berwajah buruk. Demi membela Islam, harrta benda yang dipergunakan untuk mas kawin rela dikorbankannya. Akhirnya dia pun masuk surga bersama Rasulullah dan sahabat-sahabat saleh lainnya.
Dari kisah diatas, ada beberapa hal yang menjadi catatan. Pertama, kecantikan, kegagahan, keburukan dan kejelekan itu bukan dinilai dari fisiknya semata, tapi yang lebih penting adalah hatinya. Kisah sahabat diatas mempunyai wajah yng sangat buruk, namun ternyata Rasulullah SAW. sangat menyayanginya. Sebab, sang pemuda ini mempunyai hati yang sangat mulia dan rajin beribadah kepada Allah. Bahkan karena sayangnya, Rasulullah saw. rela meminangkan dirinya dengan putri cantik, anak seorang sahabat beliau. Sebaliknya, sungguh celakalah bagi mereka yang membangga-banggakan tentng kecantikan dan kegagahannya, sementara hatinya lupa dengan Tuhan!
Kedua, cinta kepada Allah hendaklah lebih didahulukan dari pada cinta kepada dunia. Sebesar apa pun rasa cinta kita kepada seorang wanita, hendaklah tidak mengalahkan cinta kita terhadap Tuhan. Itulah pesan yang sangat kuat dari kisah sahabat berwajah buruk diatas. Walaupun dirinya bersusah payah mengumpulkan uang untuk melamar seorang putri cantik, namun setelah mendapatkan uangnya beliau tetap rela melepaskannya untuk jihad di jalan Allah. Semoga pembaca kita semua bisa mengikuti jejaknya. Amin !

e_khunaefi@plsa.com

sumber: Hidayah edisi 25/ Agustus 2003



Tidak ada komentar:

Posting Komentar