Winar, aku telah kalah
dalam perkelahian massal
dengan perasaan sendiri
terbentur ribuan kali
selama puluhan tahun
Bicaralah Winar! Tentang
rumah yang diramaikan
tawa anak-anak dan
suara-suara dan malam hari
betapa aku haus seribu
sumur dan ladang yang
menanam cahaya matamu
tak ada kekayaanku selain
puisi
tak ada mawar bisa kucium
selain di tamanmu
Bicaralah Winar! Sebelum
awan jadi bendungan
mendung dan lahar menguap
ke udara
kekalahanku begitu
menyesakkan
sebab semua telinga
tersumbat harum ruang tamu
sedang suara-suara mereka
seperti bendera tanpa
negara
tak ada yang dapat
kubanggakan selain ketulusanmu
yang dapat mematahkan
seratus pilar kabut di
sepanjang
perjalananku. Kekalahanku
ini telah memberiku luka
tapi betapa hebatnya aku,
bertahan karena cinta
Bicaralah winar! Sebelum
aku kehabisan darah
dan semangat untuk
membangun jalan menuju
alamatmu.
Cinta itu langit, apa pun
yang dibawahnya akan ditutupinya,
Cinta itu angin, apa pun
yang ditiupnya akan di gerakannya,
Cinta itu seperti air,
dengan hidup segalanya,
seperti bumi,
cinta bisa menumbuhkan semuanya. . .
Ali bin Abi Thalib
Sumber: (Luqman Haqani “Ungkapan Isi Hati melalui
Puisi”, 2004: 60-61)
(periksa,
Muhidin M.Dahlan,2002:126)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar